JAKARTA (voa-islam.com)- Dewan Syuro PBB, MS Ka’ban menyatakan bahwa hidup rakyat dewasa ini semakin terlihat berat. Seyogyanya pemerintah memperhatikan ini untuk mencarikan solusinya. Bukan justru seolah-olah mengurusi hal lain seperti isu radikal yang barang tentu tak selesaikan hajat hidup rakyat.
“Siapa yang bisa menjamin bahwa yang menuduh terpapar radikalisme justru dedengkot radikalisme? Ngeri-ngeri sedap, cuma lucu. Masalah kehidupan rakyat semakin berat disodorin terpapar radikalisme,” katanya, baru-baru ini, di Twitter pribadi miliknya. Ia pun seketika ingat sejarah di mana isu-isu Islam ekstrim di tahun 80-an. Pun dengan peristiwa Tanjung Priok yang sempat mencekam.
“Teringat tahun 83 isu Islam extreem dan tahun 84 Tanjung Priok berdarah. Ketika Mako Brimob di sandera oleh tahanan teroris selama 36 jam secara nakal, salahkah jika dikatakan Mako sarang teroris pasti jawabnya gak benar itu, tapi kok bisa tahanan menyandera Markas komando elit, siapa yang radikal sebenarnya? Semoga jadi renungan. Setop menuduh tegakkan hukum.”
Belum lagi soal, lanjutnya, pendidik yang dituduh radikal hanya karena memberikan keahliannya di sidang pengadilan, dianggapnya tidak proporsional laku pemerintah atas hal itu.
“Apakah bersikap dengan gagasan yang berbeda baik secara ilmiah dalam lingkungan akademik kebebasan mimbar kebebasan perpendapat, apalagi senagai saksi akhli di pengadilan kemudian digolongkan radikal langsung menjadi radikalisme by power pecat copot, inikah ber-pemerintahan yang baik?”
Dan menurut dia, apa yang diterima oleh pendidik semisal Prof. Suteki justru dapat digolongkan laku radikal karena mencopotnya tanpa adanya proses yang dibenarkan. “Para pendukung Pemerintah bisa jadi tak suka klau disebut mindset terpapar radikal/radikalism, so pasti kalangan Universitas tertentu yang diindikasi terpapar radikal/radikalism juga tidak suka dituduh dan apakah selesai dengan deklarasi kami kampus Pancasila. Radikal kali ah.
Prof. Suteki secara akademik ilmiah memiliki sikap bahwa khilafah bagian dari ajaran Islam atas sikap tersebut berbeda dengan pandangan Pemerintah/Menristekdikti by power Prof. Suteki dicopot ini radikal, apakah ini adil dan benar, harusnya pengadilan yang putuskan.”
Bagi Ka’ban, peristiwa demikian justru lucu-lucuan karena seperti menunjuk ke kelompok tertentu. “Ini cuma lucu-lucuan saja terpapar radikal dan radikalisme tertuju pada kelompok gol tertentu.
Definisi radikal/radikalisme gak jelas tersirat tersamar radikal lebih dominan mindset pemerintah apa pemerintah radikal tebar ‘radikalism’?” (Robi/voa-islam.com)