JAKARTA (voa-islam.com)—Lebih dari setahun penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan, polisi masih belum berhasil menangkap pelakunya. Dalam diskusi publik baru-baru ini terkait pemberantasan korupsi yang diselenggarakan Pemuda Muhammadiyah di kantor PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta, Novel Baswedan mengungkapkan kekhawatiran.
Menurut Novel, belum terungkapnya kasus yang dialaminya ini dapat menganggu kinerja penyidik KPK lainnya.
“Ya tentunya perbuatan-perbuatan seperti itu tujuannya barangkali menggagalkan penanganan perkara. Membuat orang-orang trauma. Saya khawatir trauma itu berlanjut dan orang-orang yang diharapkan kedepan bisa terus berjuang dalam memberantas korupsi kemudian terganggu. Itu yang menjadi kekhawatiran,” ungkap Novel.
Dibalik kasus ini, Novel menilai ada kekuatan-kekuatan besar sehingga pihak kepolisian seakan tak mampu mengungkapnya. Sayangnya, Presiden Jokowi tak turun tangan guna melawan kekuatan besar itu.
“Ketika keadaanya tidak normal, ketika ada kekuatan-kekuatan tertentu. Kekuatannya sangat besar, kekuatannya tidak bisa diselesaikan oleh KPK sendiri, maka tanggungjawabnya ke presiden dong. Ketika itu berkaiatan dengan orang-orang aparatur yang dibawah langsung kendalinya,” kata Novel.
Novel menambahkan, “Seumpama ternyata hal ini bisa diselesaikan dengan mekanisme yang normal, yang wajar sebagaimana kriminal-kriminal lainnya, tentu Bapak Presiden tidak perlu (turun tangan). Tetapi ketika setelah sekian lama, masak masih dibiarkan hal yang normal. Nah ini yang menjadi pertanyaan.”
Jika pembiaran kasus ini terus berlanjut, maka masyarakat akan berpikir komitmen Jokowi dalam pemberantasan korupsi.
“Kalau hal ini tetap dibiarkan, orang lama-lama akan berpikir Bapak Presiden tidak mempunyai komitmen. Saya pun lama-lama akan berpikir demikian. Kalau ini dibiarkan, bagaimana ini kita mengharapkan orang-orang KPK kedepan betul-betul berani mengungkap semua dengan objektif dan apa adanya,” jelas Novel.
Simak video Voa Islam TV:
*[Syaf/voa-islam.com]