JAKARTA (voa-islam.com)- Masyarakat semestinya tidak begitu saja mudah percaya dengan para politisi ataupun seorang tokoh ketika ia mulai membuka “aurat” lawannya di hadapan khalayak luas. Sebab bisa jadi apa yang dilakukan olehnya hanya untuk kepentingan pribadi, bahkan juga bisa karena mengalami frustasi.
Patah hati politik, bagi publik sejatinya menguntungkan. Kenapa? Karena mereka saling membuka ‘aurat-aurat’ laku politik mereka masing-masing. Tapi, publik tak perlu lebay menyanjung, karena mereka saling buka karena sejatinya egoisme (patah hati) gagal bersanding di pelaminan politik,” kata Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Rabu (15/8/2018), di akun Twitter pribadi miliknya.
Menurut dia, dalam memilih pasangan agar dapat tetap bersikap mandiri harusnya ada keteguhan jika pada akhirnya ada intervensi tertentu. “Untuk memilih pasangan hidup saja kamu tidak berani bersikap independent dan menolak paksaan. Bagaimana kamu bisa menjalani hidup dan membahagiakan orang lain?”
Bila dilihat, Dahnil seperti ingin menyindir salah seorang di antara tokoh/elit politik tertentu karena gagal disandingkan dengan calon yang ada. Namun Dahnil tidak mengungkap siapa yang ia maksud.
“Kita disajikan dramaturgi politik para politisi yanh patah hati di kedua kubu. Dan, masyarakat melodramatik seringkali lebay menanggapi. Jangan lupa itu political battle. Maka tonton dengan nalar sehat dan akhlak yanh tinggi jangan melankolik.”
Dan baginya, bila ada yang merasakan ketidakberesan dalam hati karena gagal dicalonkan, kemudian ia menceritakan kepedihan yang dialami, maka menurut Dahnil itu suatu sikap balasan. “Patah hati politik itu bukan integritas, itu balas dendam karena sakit hati.” (Robi/voa-islam.com)