View Full Version
Rabu, 29 Aug 2018

Pemimpin Gagal, Wibawa Presiden dan Keanehan Demokrasi

JAKARTA (voa-islam.com)- Hal yang wajar bila ada seorang pemimpin, kemudian kembali ingin memimpin untuk di kesempatan mendatang dalam sebuah kompetisi. Namun akan dianggap tidak wajar bila ada incumbent dalam kepemimpinan sebelumnya tidak cukup baik tetapi tetap mencalonkan diri dalam kompetisi mendatang.

Ingat saat masih mahasiswa menjelang pemilihan Ketua Senat fakultas, senior dan calon Ketua Senak kasak kusuk cari pendukung sangat intens, so pasti Ketua Senat yang ‘gagal’ sulit persiapkan pengganti, apalagi pilpres, capres yang sudah terukur dan teruji kegagalannya, mau menang? Keanehan demokrasi,” demikian analogi politisi MS Ka’ban, di akun Twitter pribadi miliknya, baru-baru ini.

Entah siapa yang ingin disasar oleh Ka’ban dalam cuitannya. Namun, bila diamati dari banyaknya cuitannya, tampaknya ia ingin menyindir Joko Widodo yang juga merupakan seorang Presiden sekaligus incumbent di Pilpres 2019. 

Hal itu misalkan, bila ingin disebut menyindir kepemerintahan Jokowi adalah ketika Ka’ban kerap mengkritisi kinerjanya yang hampir empat tahun ini terkait Rupiah yang kian ambrol terhadap Dolar. Selain itu, Ka’ban juga menyoroti bagaimana penegakkan hukum di pemerintahan Jokowi yang kurang lebih tidak begitu baik.

“Wibawa Presiden Jokowi secara personal maupun institusi semakin terdegradasi sehingga pemerintahan tidak kondusif, tidak efektif, perintah agar persekusi dicegah dihentikan, justru fakta makin melias, baik by POLIS, BINDA, ormas pendukung. Sbenarnya berdemokrasi itu siap berbeda, walau berbeda bukan musuh,” demikian cuitannya, ketika menyoroti kasus penghadangan dengan korban aktivis tagar 2019 ganti Presiden, Neno Warisman baru-baru ini di bandara Riau.

Hukum semestinya menurut dia ditegakkan tanpa pandang bulu. Bila tidak memperhatikan demikian, maka bisa jadi, setangguh apa pun negara dengan segala persenjataan tetap saja akan mengalami kejatuhan.

“Siapa pun pemerintah, sekuat apa pun kekuasaan yang dimiliki dengan persenjataan yang terkuat sekalipun pasti akan membayar mahal, itu fakta dan menjadi hukum kejatuhan penguasa, semua bermula dari ketidakadilan, Price  of Inequality. Renungan....persekusi, kok  omak-omak dipersekusi.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version