View Full Version
Jum'at, 31 Aug 2018

Anak Muda punya Tes Politik Sendiri Pilih Pemimpin, jangan Berbohong dan Korupsi

JAKARTA (voa-islam.com)- Peneliti dari LIPI, Prof. Siri Zuhro menyatakan bahwa di tahun politik, pemilihan umum seperti sekarang ini, suara yang harus diperhitungkan untuk mendulang sekaligus menjawab masa depan bangsa dan Negara adalah suara-suara dari (pemilih) anak-anak muda. “Saya punya anak yang dapat dikatakan masuk ke era mileneal. Mereka itu memiliki satu tes politik yang beda. Mereka lebih rasional,” demikian katanya, Kamis (29/8/2018), di Jakarta.

Anak-anak muda menurutnya lebih menyukai yang konkrit dan menyukai sosok-sosok yang cerdas. Biasanya menurut dia seperti itu. 

“Saya ingat Pilkada DKI 2012. Di situ ada Pak Foke, petahana. Ada beberapa sebenarnya. Tapi pasangan Jokowi-Ahok (ketika) itu fenomenal. Anak saya termasuk yang menyukai. Meskipun orangtuanya tidak menyukai. Dan itu saya berikan kebebasan, dan dia memilih. 

Ini contoh. Jadi generasi mileneal itu punya tes politiknya sendiri. Dia mungkin tidak memikirkan sejauh yang kita pikirkan, misal isu SARA,” ia menjelaskan.

Anak-anak muda menurut dia juga akan lebih melihat sosok, penampilan, kemampuan dan sebagainya. “Apakah orang ini meyakinkan ataukah orang ini menjanjikan, ideal (menjanjikan), punya kapasitas dan kompetensi, profesionalitas sebagai pemimpin. Itu kesannya. 

Jadi, dan bahkan lebih tertatik pada kemajuan, berarti berkaitan dengan ekonomi,” ia menambahkan. Jadi menurut dia, setidaknya calon tersebut bisa membuat jawaban: mampu tidak menghadirkan kemajuan-kemajuan ekonomi. “Anak-anak muda seperti itu sebetulnya cara berpikirnya. Tidak seperti kita: idealisme. Tidak. Lebih ke sana. Ini baru sampelnya satu: anak saya,” sambungnya.

Selain itu, anak-anak muda mileneal menurut dia tidak menyukai adanya info-info yang dibungkus seperti gosip.

Dia juga sebetulnya tidak senang gosip. Selalu melihat informasi yang seperti ini. Dia lebih rasional. Maka dari itu ketika dia minta izin lebih suka Jokowi-Ahok, dan saya tidak bisa memaksa: 'Its choice. Silahkan.' Meskipun Bapaknya orang Betawi. Lebih memilih Foke. Saya berada di tengah-tengah,” katanya.

Namun yang menjadi masalah adalah ketika nanti anak-anak muda generasi mileneal tersebut mendapati apa yang dipilihnya tidak sesuai dengan harapan, maka mereka akan mempertanyakan dan kemungkinan tidak akan memilihnya kembali.

“Tapi tidak jadi masalah. Namun ketika melihat Ahok suka marah-marah kemarin, tahun 2017, “Kok begitu dia, ya?” Nah, saya katakan itu keputusanmu. Jadi memang orang muda sekarang tidak bisa didekte. Itulah pengetahuan saya,” tuturnya.

Dan menariknya, menurut dia, mereka memang memiliki  satu bayangan soal pemimpin, harus yang pemimpin meyakinkan sesuai dengan keadaan mereka, yang modern. “Mereka menginginkan bagaimana kemampuan men-sugesti anak-anak muda itu dari waktu ke waktu,” harapannya. Selain itu, yang akan menjadi perhatian serius bagi generasi mileneal adalah ketika orang yang dipilihnya diduga melakukan tindakan pelanggaran hukum. “Tapi yang membuat mereka benci itu adalah korupsi. Dia paling tidak suka (anak saya). “Kenapa kok korupsi?” Jadi, korupsi dan kebohongan-kebohongan. 

Jadi anak-anak muda itu suka pemimpin yang lugas, friendly, tegas, sangat asik,” tutupnya bercerita. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version