View Full Version
Jum'at, 31 Aug 2018

Ketidakpercayaan Demokrasi Sudah Dibangun Sejak Kompetisi (Pemilu)

JAKARTA (voa-islam.com)- Demokrasi yang kita bangun sejak tahun 1998 disebutkan ternyata tidak menyertakan nilai-nilai positif, yang di situ membangun trust (kepercayaan). Yang kita timbun malah sebaliknya, yakni distrust building (membangun ketidakpercayaan). 

Ini bumerang menurut saya bagi Indonesia. Sebab antarkita jadi saling tidak percaya,” kata peneliti LIPI, Prof. Siti Zuhro, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Kalau saja masyarakat kita (Indonesia) memiliki pengetahuan yang penuh dan satu informasi yang dapat dikatakan jernih, maka menurutnya kita tidak akan mudah diadu domba. 

“Saya tidak pernah memiliki syak wasangka kepada beliau-beliau ini (Maruar Sirait, Maman, Rocky Gerung) meskipun saya, misalkan di lingkungan saya memilih dan sebagainya, saya tetap menghormati. Tapi yang lain tidak pernah memperlakukan saya sama,” tambahnya.

Masyarakat menurutnya juga nampak kurang lapang dada melihat orang lain membuat keputusan berbeda. “Ini salah besar menurut saya. Jadi biarlah kontestasi ini sekedar kita ingin memberikan suara atau hak politik kita tanpa harus, katakanlah kita mengintervensi,” katanya lagi.

Dalam catatanua,  bahwa trust building itu yang harus menjadi, bahkan nomor satu di kehidupan bermasyarakat. “Saya setuju agar kita tidak paranoid. Jangan ketakutan. Kok tidak mau kalah, sih? Padahal ada menang, dan ada kalah. Jadi tidak perlu paranoid karena akan membuat kita kemudian akan bermanuer yang tidak masuk akal: menghalalkan semua cara. Ini yang tidak boleh,” jelasnya.

Sehingga nantinya dalam penegakkan hukum, juga proses Pemilu 2019 harus terasakan oleh semua lapisan masyarakat. Dan menurutnya tidak boleh ada lagi nuansa ketidakadilan karena muaranya akan sangat serius kalau ketidakadilan itu dikedepankan. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version