View Full Version
Kamis, 06 Sep 2018

Teks Pidato Jokowi untuk Menjawab Melemahnya Ekonomi Baiknya Disiapkan

JAKARTA (voa-islam.com)- Dahnil Anzar Simanjuntak menyarankan agar tim ekonomi Joko Widodo mempersiapkan teks untuk dibaca agar di kemudian waktu, awak media bertanya ke Jokowi dijawab dengan tanpa adanya kesalahpahaman.

Oleh sebab itu, saran saya, penting tim ekonomi mempersiapkan dengan baik ‘teks pidato’ penjelasan Presiden yang lengkap terkait kondisi ekonomi khususnya terkait kondisi Rupiah saat ini, langkah strategis untuk menghadapinya. Jangan sampai Presiden door stop oleh pewarta dan aduuuuh,” sarannya, di akun Twitter pribadi miliknya, Kamis (6/9/2018).

Menurut dia, membangun rezim ekspor dan merobohkan rezim impor dalam kebijakan ekonomi bukanlah pekerjaan satu tahun. Harus dimulai dari periode awal. 

“Penting teks kampanye tentang kurangi impor yang dulu dibaca kemudian dilaksanakan sejak tahun awal, bukan kemudian membiarkan rente impor ugal-ugalan. Tidak mudah memang setop rezim impor, karema telah berlangsung dalam waktu yang panjang, maka harus dimulai harusnya sejak teks setip impor itu dibacakan ketika kampanye dulu, bukan justru membiarkan ugal-ugalan dilakukan menteri, yanh tuannya Ketum Parpol. Bukan, Pak Presiden.”

Sebelumnya Dahnil cukup banyak menuturkan terkat lemahnya ekonomi dan yang juga berdampak pada nilai mata Rupiah terhadap Dolar. Dahnil misalkan saja menyebut terkait impor ataupun ekspor terhadap pengusaha tidak bisa dipaksa mengurangi impor karena memang demand terhadap produk impor tinggi. Pun pengusaha tidak bisa dipaksa ekspor besar-besaran bila insentif terkait itu tidak ada. 

“Jadi ngomongin fundamental ekonomi sebenarnya paham tidak yang dimaksud dengan fundamental ekonomi?” Paling sederhana fundamental ekonomi itu ia tuturkan ketika bicara tentang efisiensi dan efektifitas dalam keseimbangan pasar, lebih sederhananya kondisi supply dan demand. Elastisitas supply-demand.

“Melarang rakyat komentari tentang kondisi ekonomi saat ini supaya tidak semakin ricuh itu keterlaluan. Pertanyaanya yang memimpin paham tidak kondisi ekonominya, jangan sampai gara-gara penjelasan Presiden yang terkesan kabur, justru reaksi pasar makin negatif.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version