View Full Version
Senin, 10 Sep 2018

Hampir Seluruh Temuan Survei tidak Menginginkan Jokowi menjadi Presiden

JAKARTA (voa-islam.com)- Suara Jokowi sebagai petahana di Pilpres 2019 dinilai kian merosot. Hal ini disebut hal yang tidak biasa bagi petana karena, misal SBY dahulu angka kepercayaannya stabil atau di angka relatif

Sebagai pembanding, elektabilitas SBY sebagai Incumbent menjelang Pilpres 2009 lalu di atas 50 persen. Angka elektabilitas 50 persen harus dicapai Jokowi untuk bisa mempertahankan kekuasaan negara dan lanjut jadi Presiden lewat Pilpres 2019,” demikian kata peneliti NSEAS, Muchtar Effendi Harahap (MEH), melalui siaran pers yang dikirim ke redaksi voa-islam.com, kemarin (9/9/2018).

Misalkan saja menurut MEH, di survei Median 6-15 Juli 2018, hasilnya,  elektabilitas Jokowi merosot. “Disebutkan, elektabilitas Jokowi dari bulan Juni hingga Juli tak beranjak dari 36,2 persen, bahkan cenderung turun ke angka 35,7 persen di bulan Juli. Intinya, angka elektabilitas Jokowi sudah di bawah 40 persen.”

Juga, lanjutnya, ditemukan, mayoritas  rakyat Indonesia di survei tidak mau Jokowi kembali menjabat sebagai Presiden di periode  2019-2024, yakni di atas 50 persen. “Hanya 44,10 persen (di bawah 50 persen) menginginkan Jokowi jadi Presiden RI 2 periode.”

Keinginan publik untuk memiliki Presiden baru atau tidak lagi Jokowi menurut MEH makin meningkat sejak April hingga Juli 2018. “Pada April lalu ada hasil survei, terdapat 46,4 persen publik menginginkan Presiden baru dan 45,2 persen berharap Jokowi memimpin lagi.

Kini jumlah menginginkan Presiden baru membesar, dari 46,4 persen menjadi 47,1 persen.”

Pun termasuk survei LIPI juga menunjukkan elektabilitas Jokowi di bawah 50 persen lantaran persoalan ekonomi dan kesejahteraan yang cukup serius. LIPI membuat dua versi pertanyaan terkait preferensi capres kepada 2.100 responden. 

Ada versi pertanyaan terbuka, Jokowi dipilih oleh 45 persen responden.”

Memang hasil survei Litbang Kompas mengklaim, elektabilitas Jokowi justru menaik dari 42,5 persen (April 2015) ke 55,9 persen (April 2018). “Tetapi, berdasarkan kondisi obyektif sikap rakyat yang kian meningkat dan meluas oposisi terhadap Jokowi, kenaikkan elektabilitas Jokowi ini menjadi tidak logis secara faktual, dan mengada-ada.

Selanjutnya, menurut MEH hasil survei  LSI Deny JA pada Mei 2018, LSI ini klaim telah survei dengan hasil elektabilitas Jokowi  46 persen. Lalu, Juli 2018 klaim  buat lagi survei: ekektabilitas Jokowi naik lagi menjadi 49,30 persen.

“Kini 20 Agustus umumkan naik lagi menjadi 52,2 persen. Sangat unik dan tak lazim karena kebanyakan lembaga survei klaim, selama 2018 elektabilitas Joko terus menurun hingga di bawah 40 persen.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version