JAKARTA (voa-islam.com)- Kemungkinan hanya ada satu jawaban dari dua kesimpulan bila di antara bawahan dengan atas berbeda sikap atau data soal kemaslahatan banyak orang. Misalkanya saja soal yang impor beras yang belakangan ini cukup mencuri perhatian masyarakat.
“Mengerikan. Ketika sesama anggota anak buah Presiden saling tuding di depan Publik. Membuktikan dua hal. Pertama, ada fakta data carut marut yang digunakan untuk pintu masuk pemburu rente. Kedua, Presiden yang tak memimpin, dan tak mampu mengendalikan anak buahnya sendiri,” demikian cuitannya, ketika mengomentari cuitan Rizal Ramli:
“Kok ada Mentri yang saenaknya kaya gini? Mas @jokowi, where are you? ‘Mendag Sebut Gudang Bulog Penuh Bukan Urusannya, Buwas: Matamu!’”, belum lama ini.
Dahnil berpandangam bahwa nampaknya satu jawaban dari dua kesimpulan jatuh pada isu impor beras itu karena ketidakhadiran sosok pemimpin di Presiden. Dan bila hal ini terus berlanjut, maka bisa jadi anak buah akan mengambil jalannya masing-masing.
Ketika Presiden tidak memimpin, maka para pembantu Presiden bersengketa secara demonstratif dipublik. Ketika para pembantu Presiden tak bertuan kepada Presiden, maka kendali negara entah di tangan siapa.”
Impor beras mengalami perseturuan karena, misalnya antara Mendag dengan Bulog disebut berbeda data. Rizal Ramli sudah mengingatkan Mendag. Begitu pula oleh Dirut Bulog, Budi Waseso (Buwas). Di sisi Bulog, Buwas menyatakan bahwa stok beras nasional cukup hingga 2019 sehingga tidak lagi diperlukan impor. Juga terkait tempat jika Mendag tetap lakukan impor. Namun Mendag seperti kekeuh untuk impor. (Robi/voa-islam.com)