JAKARTA (voa-islam.com)- Hari ini 20 tahun kemudian, masih banyak komprador dan SPG IMF di pemerintahan, elit dan media, baik yang paham maupun sekedar speakers. Semi krisis hari ini, bisa berkembang dan berujung pada pinjaman IMF lagi, dengan kerusakan lebih dahsyat dari 1998. Belajarlah dari sejarah.
Malaysia kena krisis 1998 menolak saran IMF, atas saran DR. Zeti Acting Governor Central Bank. Malaysia selamat dari krusis, ringgit dan ekonomi stabil!
Presiden Kim Dae Yung, bawa 100 pengutang Korea untuk restrukturisasi utang ke New York. Korea selamat. Indonesia manut IMF, paling hancur.
Tanggal 1 Mei 1998, atas bujukan IMF, pemerintah naikkan harga bensin 74 persen dan minyak tanah 44 persen.
Tanggal 2 Mei 1998, demonstrasi besar-besaran anti kenaikan BBM di Makassar, tanggal 4 Mei di Medan, 9 Mei dan seterusnya di Solo hancur, Jakarta minggu ke-2 Mei rusuh. Ini apa yang disebut literatur “IMF Provoked Riots”.
Tanggal 1 Mei 1998, IMF membujuk Indonesia untuk menaikkan harga bensin 74 persen dan minyak tanah 44 persen. Seminggu sebelumnya, RR diundang Asian Director IMF, DR Hubert Neiss, di Grand Hyatt untuk membujuk RR untuk mendukung usulan tersebut. RR menolak dan bahkan ingatkan bisa terjadi kerusuhan.
Jika pinjaman IMF 35 miliar Dolar dipakai untuk pompa ekonomi RI, bukan selamatkan bank-bank asing, ekonomi Indonesia dapat tambahan pembiayaan 350 trilliun (kurs Rp10.000/$), ekonomi Indonesia akan meroket dari -13 persen 1998 ke atas 8 persen tahun 1999. Rakyat Indonesia dikibuli komprador-komprador SPG IMF!
Pinjaman IMF 35 miliar Dolar digembar-gemborkan untuk membatu Indonesia. Semua pejabat, ekonom dan media percaya dengan propaganda ini. Ternyata dipakai membayar utang swasta Indonesia di bank-bank asing yang belum jatuh tempo. Pinjaman IMF itu untuk selamatkan bank-bank asing bukan menolong rakyat.
Akhirnya sesuai ramalan RR, terjadi krisis besar 1997/1998. Ekonomi anjlok dari rata 6 persen ke-13 persen karena salah saran dan kebijakan IMF. Untuk selamatkan bank-bank, BLBI disuntik 80 miliar Dolar, biaya penyelamatan bank terbesar relatif GDP, perusahaan banyak yang bangkrut, penggangguran naik 40 persen.
Forecasr RR Oktober 1996 tentang ekonomi 1997 dibantah-bantah oleh Depkeu, BI analis-analisis asing sebagai mengada-ada dan tidak benar. Bahwa Fundamental ekonomi Indonesia kuat. Mereka berbohong didukung oleh pujian-pujian IMF dan Bank Dunia. Ada 3 point RR: utang swasta, current account defisit, overvalued Rupiah.
Bulan Oktober 1996, Rizal Ramli sebagai Chairman Econit Advisory Group mengeluarkan 100-an halaman forecast untuk ekonomi Indonesia: “1997: The Year of Uncertainty”. Bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami krisis ekonomi 1977-78. Tidak ada yg percaya, tetapi ternyata semuanya terjadi!
Rizal Ramli satu-satunya ekonom Indonesia yang menolak pinjaman IMF di pertemuan para ekonom di Hotel Borobudur dengan Managing Director IMF Camdesus bulan oktober 1997, sebelum Camdesus bertemu Presiden Soeharto di Istana. Ekonomi akan semakin rusak dibawah IMF. Ternyata semuanya terbukti.
IMF bikin blunder karena menawarkan paket dengan syarat banyak sekali, susah dipenuhi, mengada-ngada, pemerintah terpaksa manut.
Misalnya, kebijakan likuidasi 16 bank kecil justru justru hancurkan kepercayaan masyarakat, mereka menarik dana dari bank-bank nasional, banyak bank kolaps.
Keputusan untuk mengundang dan meminjam dari IMF merupakan kesalahan terbesar Widjoyo yang membujuk Presiden Soeharto untuk mengundang IMF. Pasalnya, IMF menyarankan berbagai program kebijakan yang tak masuk akal dan malah membuat kondisi ekonomi nasional justru semakin terpuruk.
Begitu IMF datang, mereka memaksa dan membujuk Pemerintah Indonesia untuk menaikkan tingkat bunga sangat tinggi dari 18 persen ke 80 persen. Teorinya untuk menahan pelarian modal dan memperkuat Rupiah. Dampaknya, hampir semua perusahaan di Indonesia langsung tidak mampu bayar dan macet kredit.
Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1998. Krisis itu kalau kita tangani sendiri, yang tadinya tumbuh rata-rata 6 persen, ekonomi Indonesia paling akan anjlok 2—0 persen. Akan tetapi, karena kita mengundang IMF, ekonomi Indonesia malah anjlok ke-13 persen. Kok IMF malah bikin lebih rusak?
*Ekonom, Rizal Ramli