View Full Version
Jum'at, 30 Nov 2018

Reuni 212: Persatuan Umat Buat Musuh Umat Islam Kelojotan

JAKARTA (voa-islam.com)- Tidaklah mengapa jika pada akhirnya reuni 212 yang akan dilangsungkan Ahad nanti dianggap politis. Sebab memang sedang berada di tahun politik. Bahkan acara apa pun akan dianggap demikian bagi pihak-pihak tertentu.

“Kalau acara ini disebut beraroma politik, ya, karena ini memang di tahun politik. Semua acara yang akan berlangsung hingga April 2019, itu akan dianggap acara politik. Politis. Silahkan saja, tidak ada masalah,” demikian kata Mustafa Nahrawardaya, kemarin (29/11/2018), di Jakarta.

Pernah saya tampil di TV, ia bercerita, lalu ada yang menanyakan, “Kok umat Islam itu sering mempolitisasi agama?” Kemudian ia menjawab, “Loh, dari mana Anda tahu kalau mempolitisasi agama?” Kemudian dia menjawab kembali, “Lah itu, agama ditunggangi untuk kepentingan politik.” Kemudian Mustafa jawab lagi, “Ah, PDIP saja ada Baitul Muslimin Indonesia, kok. Di sana rapat pakai basmallah dimulainya. Ada musala juga.

Di mana mempolitisasi agama dalam kepentingan politik?”

“Saya sebut malah agama memang tidak bisa dipisahkan dari politik. Kita, saya bingung, bagaimana memisahkan agama dengan politik. Saya masuk politik kemudian menanggalkannya, seperti apa? Tidak bisa,” demikian penuturannya.

Jadi, kata dia, ini harus kita pegang teguh sampai mati, mau disebut mempolitisasi agama atau apa pun, tidak bisa dipisahkan.

Jadi, tampaknya di luar sana, ada pihak-pihak tertentu yang memang sengaja secara terus menerus membelokkan, agar masyarakat tidak paham, yang kemudian tidak mengetahui esensi dari 212 ini,” katanya lagi.

Apa pun namanya nanti, 212 ini sangat penting sekali untuk mengumpulkan umat. “Sebab salah satu yang ditakuti musuh Islam ini adalah persatuan umat. Pasti mereka kelojotan. Mereka akan sangat ketakutan, kalau-kalau persatuan ini berlanjut sampai tingkat dunia,” katanya lagi.

(Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version