JAKARTA (voa-islam.com)- Sebagian besar keluarga memilih hidup monogami. Yang lain, sebagian kecil, memilih hidup poligami. Yah silakan. Masing-masing ada konsekuensi dan tanggung-jawab tersendiri.
Presiden Soekarno, poligami (beristri lebih dari dua). Wapres Hamzah Haz, poligami. Pendiri Muhammadiyah, poligami. Pendiri NU, poligami. Sampai sekarang, tidak ada yang berani mengolok-olok poligaminya mereka. Hm, ada yang berani?
Nah, bagaimana dengan nabi-nabi? Ada juga yang berpoligami, seperti Nabi Ibrahim (Abraham) dan Nabi Musa. Kita sama-sama tahu, Nabi Ibrahim adalah buyutnya Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Demikian pula Nabi Sulaiman dan Nabi Daud, sangat banyak istrinya.
Sebelum Nabi Muhammad diutus jadi nabi, seorang pria bisa menikahi beberapa wanita sekaligus dengan jumlah tanpa batas. Dan ini terjadi di seluruh dunia, bukan di Tanah Arab saja.
Bahkan dua wanita bersaudara pun boleh dinikahi pada waktu bersamaan. Justru melalui risalah Islam, Nabi Muhammad mengajarkan pembatasan poligami dengan syarat-syarat yang sangat ketat. Tulisan ini boleh di-share.
Lha, apa jadinya kalau tidak dibatasi? Yah, seorang pria bisa menikahi para wanita sesukanya. OC Kaligis istrinya 10. Eyang Subur istrinya 8. Iwan Tjahyadikarta (Eng Thiong) dari 9 Naga, istrinya 5. Itu sih yang ketahuan, karena mereka sangat populer. Tentu lebih banyak tokoh yang tidak ketahuan.
Seorang muslim sekiranya anti dengan poligami atau menolak syariat poligami, berarti ada dua kemungkinan. Pertama, belum tahu sejarah Islam dan sejarah Indonesia. Kedua, lagi nyari sensasi. Caper (Mbok ya kalau caper itu dengan prestasi, bukan sensasi).
Begini. Ada seorang sahabat yang bersedekah 99%. Abubakar namanya. Ada seorang salaf yang menggendong ibunya berhaji. Uwais Al-Qarni namanya. Ada seorang nabi yang berkurban ribuan hewan. Ibrahim namanya.
Kita sebagai muslim kalau belum sanggup atau tidak sanggup seperti itu, yah nggak apa-apa. Tapi jangan sampai kita mengolok-olok kisah tersebut atau menyangkalnya. Demikian pula dengan kehidupan poligami. Buat apa Anda mengolok atau menyangkalnya?
Sekali lagi. Sebagian besar keluarga di Indonesia memilih hidup monogami. Yang lain, sebagian kecil, memilih hidup poligami. Yah silakan. Tidak perlu kita mempermasalahkan satu sama lain, apalagi mengolok atau menyangkalnya. Saran saya, urus saja rumahtangga kita masing-masing.
Kalau bersikeras mau mempermasalahkan, yah permasalahkan mereka yang hidup serumah tanpa menikah (kumpul kebo), juga gay dan lesbian. Karena ini jelas-jelas bertentangan dengan Sila Pertama dan Sila Kedua dalam Pancasila, juga bertentangan dengan ajaran semua agama di Indonesia. Think.
*Motivator, Ippho Santosa
(Robi/voa-islam.com)