JAKARTA (voa-islam.com)- Ternyata, apabila ditelisik lebih jauh proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, tidak memiliki keuntungan sama sekali ke bangsa dan Negara Indonesia. Baik itu pengerjaannya dilakukan oleh Cina maupun Jepang.
Sekarang pertanyaan besar: ketika kita aplikasikan di Indonesia, tadi saya bilang NHK menawarkan, Cina menawarkan, mana menguntungkan Cina dengan Jepang? Saya bilang, dua-duanya gak nguntungin. Saya ngomong gitu ke NHK,” akunya, Senin (24/12/2018), di Jakarta.
Mengapa, lanjut dia, karena pada hakikatnya, dua-duanya tidak mau sungguh-sungguh melakukan transfer teknologi. “Tidak ada itu. Bohong. Saya bisa buktikan kepada Anda, empat negara termasuk Cina menguasai teknologi statusnya mencuri. Jepang mencuri. Korea mencuri. Taiwan mencuri,” katanya tegas.
Dan mereka bilang, masih menurut dia, Jepang menyatakan tegas ke dirinya, “Kami menguasai teknologi kereta api cepat tidak ada teknologi kami, kami minta. Tidak ada. Kami mencuri.”
“Ingat gak saat Toshiba dihajar ....ketika dia mencuri teknologi laptop. Pelan-pelan, posisinya. Jadi itu ceritanya, tidak ada teknologi yang akan diserahkan oleh Barat begitu saja, tidak ada,” tambahnya. Si Kuning ini, empat kuning ini, Cina, Jepang, Korea, Taiwan, menurut dia juga sama, takkan mau, walaupun dalam keunggulannya menurut pemerintah menerima Cina adalah transfer teknologi.
“Bahkan mereka bilang Cina mau buatkan lokomotifnya dan gerbongnya di Indonesia. Bagaimana kita bisa percaya kalau konstruksi infrastruktur saja tenaga kerja, besi dan semennya didatangkan dari Cina. Logikanya sederhana saja,” sambungnya.
Kenapa Krakatau Steel rugi, tanyanya, padahal infrastruktur gila-gilaan. “Kenapa pabrik semen domestik merugi? Padahal kita punya pabrik semen banyak. Itu aja pertanyaannya. Sederhana sekali. Ini data,” tutupnya meyakinkan.
(Robi/voa-islam.com)