View Full Version
Rabu, 26 Dec 2018

Bisnis Properti dan Perbudakan Modern

JAKARTA (voa-islam.com)- Kesimpulan ekonom Ichsanuddin Noorsy terkait proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang diamatinya jauh-jauh hari adalah tidak melulu dalam moda transformasi. Ini menurut dia adalah bisnis properti.

Ketemu rumusnya: eksistensi suatu bangsa itu tergantung pada propertinya. Properti tergantung pada tanahnya. Pada perairannya, dan pada udaranya,” demikian katanya, Senin (24/12/2018), di Jakarta.

Kalau selain itu, tambahnya, mempertanyakan: itu program siapa?

Industri Cikarang, Karawang, Subang, industri siapa? 

“Mereka. Itu artinya mereka membangun untuk kepentingan mereka. Jadi logikanya adalah mereka tidak sedang membangun bangsa Indonesia,” katanya.

Namun, kalau dibayarin bangsa Indonesia, dan dipakai oleh mereka, iya. “Apa itu kejadian pada Cina (kereta cepat)? Tidak. Kepada MRT juga,” sambungnya.

Kawasan MRT dalam penglihatannya, titiknya adalah malah kawasan apartemen Jepang. “MRT Kelapa Gading sih gilanya Ahok itu. Gak ada kajiannya. Tiba-tiba perintah suruh bangun. Maka gak hubungannya ke mana-mana tuh Kelapa Gading. Coba ke mana? 

Gak bisa ke mana-mana itu. Mentok. Sudah, lupakan itu,” ia menjelaskan. Begitu bodohnya, kata dia, kita membicarakan visibility study di perkeretaapian. “Kita sedang bangun eksistensi, tapi bukan untuk kita. Kita sedang bangun eksistensi di tanah kita untuk orang lain. Terbukti omongan Bung Karno-Hatta: kita kuli bangsa-bangsa.

Gobloknya lagi, kita yang membiayainya. Gobloknya lagi kita mau menjadi budaknya,” tegasnya.

Kalau pake istilahnya Newyork Times, lanjutnya, ini adalah suatu sistem yang dinamakan perbudakan modern.

(Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version