View Full Version
Kamis, 27 Dec 2018

Ujian Prabowo dan Sulitnya Lawan Cari Kelemahannya

JAKARTA (voa-islam.com)- Sudah mau masuk 2019, saya mengamati sebagai Tim Sukses Prabowo-Hatta di Pilpres 2014, serangan kubu kepada @prabowo belum ada yang telak. Semua masih pakai peluru lama. Dugaan saya karena memang susah mencari kelemahan beliau. #UjianPrabowo

Penyerang tak saja memakai peluru lama, tetapi juga memakai senjata dan penembak lama. Orang-orang yang menembak Prabowo dari samping ini gak kunjung nambah. Dia-dia lagi. Serangan semuanya seputar gaya dan cara. Kesimpulan; mereka melihat @prabowo tidak bisa diatur.

Memang, kalau Anda pengecut, susah ketemu karakter kayak Prabowo yang suka tos-tosan. Orang itu terlalu rasional dan cerdas. Saya sering melihat @prabowo sama seperti pak Habibie. Orang rasional yang biasanya tidak punya masalah dengan kelompok politik Islam.

Saya bAru melihat kelompok ini di ujung orde baru. Memang Perlu umur yang cukup membaca mereka. Saya melihat sikap mereka ke pak Habibie gak bisa lupa. Sampai seluruh dunia meminta pak Habibie gak maju lagi. Padahal apa salah beliau. Sekarang terbukti.

Tanpa Habibie, transisi kita gak akan seperti ini. Beliau dalam waktu yang sangat pendek (1 tahun 7 bulan) di tengah desakan mundur oleh kelompok ini, BJH melakukan penyelamatan ekonomi dan penyelenggaraan pemilu yg paling JURDIL yang akui dunia.

Tapi, beliau memang sepeti aneh; terlalu rasional, blak-blakan, Dan seolah emosional. Gaya dan cara inilah yang dikembangkan seolah beliau orang bahaya. Habibie tidak saja digambarkan sebagai penerus Suharto tetapi juga dianggap akan memperpanjang umur orde baru. 

Sama dengan cara melihat Habibie, kelompok ini tidak kuat melihat gaya dan cara Prabowo. Apalagi karena @prabowo itu seorang mantan tentara. Maka, pidatonya diolok-olok sebagai pidato seorang tiran yang akan membelenggu Indonesia dan menghilangkan kebebasan.

Jangan kita bandingkan @prabowo dengan para jenderal di sekitar Suharto sebab ia berbeda. Orang mungkin tidak percaya bahwa orang ini merdeka sejak awal. Sebagai jenderal tentu harus merdeka. Dan ia membaca situasi secara mendalam. Ia punya masukan yang berbeda.

Ia tidak bisa menjilat, dan itulah dosa @prabowo karena kelakuannya yg terlampau merdeka. Maka, justru ketika orde baru berakhir, dia mengambil semua resiko dari perbedaan yang ada. Saya melihat dari dekat bagaimana ia diadu domba dengan BJH presiden ketika itu. 

Demikianlah akhir 2 sahabat yang punya karakter dekat. Mereka terlalu rasional dan membaca tabiat para elit kita yang penjilat. Bagi yg gak punya karakter tentu yang gampang dijilat yang didukung. Yang bisa diseret ke kiri ke kanan atas bawah. Yg kosong.

Masalah @prabowo adalah kalau dia memimpin orang pintar dan orang berprestasi dapat tempat. Tapi yang bisanya hanya basa basi dan menjilat akan sulit dapat posisi. Lobi-lobi gelap tak dapat porsi sebab dia tidak gampang diyakinkan kalau tidak benar. 

Para penyerang @prabowo sekarang frustrasi berat sebab yang dipilih jadi wakil adalah @sandiuno, anak muda yang berbakat. Biasanya mereka menyerang pakai agama, keduanya bukan ustaz atau kyai. Tapi keduanya tidak bisa diadu dengan masyarakat. Terutama umat Islam. 

Tadinya, mereka berharap @prabowo akan memilih seseorang yang dapat mereka tuduh radikal dan fundamentalis Islam biar lengkap. Jadilah sebuah paket “kaum radikal yang akan mendirikan negara Islam yang mengancam masa depan NKRI”. Itu rencana tuduhan ya. 

Sekarang, mereka masih saja ingin menggambarkan bahwa kalau @prabowo berkuasa. Seolah konstitusi kita akan berubah, seolah nanti yang memimpin negara ini hanya satu orang saja. Seolah negara akan  kembali dalam zaman purbakala. Mereka menjual ketakutan.

Kepada mereka perlu diberitahu bahwa @prabowo telah mengambil jalan demokrasi. Apa pun kata mereka Prabowo berkuasa melalui jalur konstitusi. Beliau mendirikan partai politik @Gerindra sebagai jalan satu-satunya yang sah. Malah kelompok ini biasanya anti parpol.

*Fahri Hamzah


latestnews

View Full Version