LAMONGAN (voa-islam.com)—Chusnul Mariyah, anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyoroti soal terpinggirnya umat Islam dalam kehidupan berpolitik. Padahal Indonesia berpenduduk mayoritas muslim.
Menurut Chusnul, meski berstatus mayoritas namun umat Islam banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. “Kita ini banyak, tapi kita miskin. Dan miskin selalu mendekati pada kekufuran. Maka seringkali dikasih Rp 100 ribu, Rp 200 ribu, Rp 300 ribu saja sudah tergadai,” ujar Chusnul pada Pengajian Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong di halaman Perguruan Muhammadiyah Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Kamis (21/2/19) seperti dikutip dari pwmu.co.
Padahal, lanjut Chusnul, prinsip politik adalah vox populi, vox dei; suara rakyat adalah suara Tuhan.
“Masak suara Tuhan cuma dibayar Rp 100 ribu,” tandas Chusnul Mariyah disambut tepuk tangan hadirin.
Chusnul mengungkapkan, konstruksi bangsa Indonesia ini dibangun oleh umat Islam dan pekikan kalimat takbir berkumandang ketika merebut kemerdekaan.
“Maka tidak ada ceritanya agama dan politik itu dipisah. Identitas agama sah dalam politik. Banyak teks Alquran yang sangat pro dengan Islam. Itulah kemudian Profesor Amien Rais menulis buku Revolusi Moral yang jelas berdasar pada Quran dan Hadits,” tuturnya.
Mantan Komisioner KPU itu juga menegaskan keinginan untuk memisahkan antara agama dan negara merupakan cara pandang pemikiran politik Barat yang tidak sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
“Dalam Islam, berpolitik adalah bagian dari ibadah. Di Amerika pun, voting behavior tetap didasarkan pada agama. Coba bayangkan kalau politisinya dilarang ke rumah ibadah, padahal tempat ibadah itu menjadi sumber moral. Bayangkan kalau politisi dijauhkan dari perguruan tinggi, padahal perguruan tinggi adalah tempat kontestasi akal sehat,” katanya.
Maka dalam memilih pemimpin, Chusnul berpesan agar mengutamakan prinsip Islam. “Pilih pemimpin sesuai kriteria agama kita. Pemimpin yang shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah. Gak bohong-bohong,” pesannya.* [Pwmu/Syaf/voa-islam.com]