JAKARTA (voa-islam.com)- Indonesia mustahil maju dengan inferiority complex dan Minderwaardigheids complex. Indonesia hanya akan maju dengan kebanggan dan kepercayaan diri sebagai bangsa dan berdaulat.
Itulah masa depan Indonesia Raya. “Kita ini sudah lama dihinggapi oleh kelompok yang tidak bisa mencerna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Pancasila sebagai falsafah negara. Mereka sok modern padahal dungu (mengutip Rocky Gerung) dan inferior akibat penjajahan yang lama,” demikian kata Fahri Hamzah ketika merespon adanya penolakan oleh pihak atas Cawapres 02, Sandiaga Salahuddin Uno di Bali.
Di tangan merekalah bangsa ini kata Fahri bisa mundur. Padahal, bicara halal itu sekarang kata Fahri telah menjadi gaya hidup yang tinggi.
Di Eropa, halal pada semua hal semakin digemari sebab itu ijazah bagi kualitas yang tinggi; halal identik dengan bersih, sehat, hijau, peduli lingkungan, hemat energi, bergizi, dan lain-lain. Konotasi yang baik.
Di Eropa, penikmat daging halal semakin tinggi padahal lebih mahal, karena daging halal dijamin tidak saja penyembelihan yang sesuai syariah tetapi artinya memenuhi standar higienis yang tinggi.
Hewan masuk perhitungan halal melalui sertifikasi yang ketat.”
Belum lagi para pencinta hewan di negara-negara barat semakin mengemari dan merekomendasikan daging halal karena proses penyembelihannya yang dianggap paling “sedikit unsur/rasa sakit pada hewan”. Itulah pelaksanaan Sunnah dalam penyembelihan hewan.
Di Amerika orang-orang Yahudi yang mengkonsumsi daging dengan prinsip kosher pergi ke toko halal, di Jepang saya pernah berkunjung ke industri halal Jepang yang semakin maju. INDONESIA tidak saja tujuan wisata halal juga konsumen wisata halal. Halal Life Style di dunia adalah peluang.
“Lalu apa salahnya INDONESIA menjadi tujuan wisata halal seperti London menjadi tempat dan pusat bisnis keuangan syariah? Apa yang salah dengan konsumen Halal Life Style yang ingin pergi ke Bali lalu memakan makanan halal? Kenapa mereka tidak dilihat sebagai pasar?”
(Robi/voa-islam.com)