JAKARTA (voa-islam.com)- Jangan sekali-kali ada majelis duduk untuk saling merevisi iman. Itu sakit jiwa namanya.
“Santai aja, mari kita berlomba menemukan cara untuk saling menikmati perbedaan. Masa menerima ‘Kafir’ aja gak sanggup? Ya ampun. Dewasalah bangsaku,” Fahri Hamzah terasa heran.
Harusnya warga negara didewasakan untuk menerima konsep iman yang beragam. Toleransi pada perbedaan adalah syarat kewarganegaraan.
Agama tidak perlu diamandemen sebab ia telah didisain untuk mengelola perbedaan. Kalau Tuhan mau, kita gak bakal beragam.”
Tuhan Maha Kuasa untuk menyeragamkan kita sejak DNA sampai pada pilihan Iman. tapi Dia yang maha kuasa tidak mau. Supaya kita berlomba mengejar kebaikan. Sekarang, ayo berbuat baik.
“Ayo berbuat baik untuk bangsa. Ayo berdialog sebagai warga negara. Itu saja.”
(Robi/voa-islam.com)