JAKARTA (voa-islam.com)- Kalau kita cermati debat Cawapres beberapa hari lalu, inti dari yang disampaikan Kiai Ma’ruf meneruskan program Jokowi –JK. Lalu secara normatif berkomitmen melakukan perbaikan.
“Sedangkan Sandi banyak menyampaikan terobosan-terobosan kebijakan, cukup detail sekali,” demikian penglihatan politisi Fahri Hamzah, di akun Twitter pribadi miliknya.
Nampak sekali mana gagasan yang konservatif mana yang progresif. Kiai Ma’ruf kata Fahri masih pakai senjata lama, "Kartu Tak Sakti". Persis dengan apa yang dilakukan Jokowi dalam debat capres 5 tahun lalu.
“Sandi lebih menekankan pada komitmen target 200 hari selesaikan masalah kesejahteraan.”
Sebut saja, lanjutnya, "Kartu Tak Sakti" masalah BPJS. BPJS lahir di Era SBY (UU N0.24/2011), diimplementasikan 1 Januari 2014 (akhir pemerintahan SBY). Dalam kampaye, oleh Jokowi kartu BPJS saat itu diganti dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Seolah program baru.”
Jadilah seolah-olah KIS itu program hebatnya Jokowi, kata Fahri. KIS jadi kartu sakti, dibagi-bagi waktu kampanye, jadi ladang elektabilitas. Padahal konsep dan implementasinya dilakukan pada masa SBY, pemerintah baru hanya melanjutkan.
“Apa akibatnya Kartu Tak Sakti vs Kartu Pamungkas EKTP?”
(Robi/voa-islam.com)