JAKARTA (voa-islam.com)- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah merasa heran dengan para jenderal yang tak pernah turun ke lapangan kemudian hanya mampu memanfaatkan fasilitas negara.
Susah kalau jenderal gak pernah ke medan perang... jadinya pengecut... Beraninya perang intelijen memakai fasilitas negara...,” demikian cuitannya.
Fahri menyindir “perang total”. “Kata mereka bikin perang total... ya maksudnya ternyata ‘perang memakai aparatur negara untuk melumpuhkan lawan dari belakang’.... Waspada kawan-kawan tetap fokus ke depan..”
Prabowo dalam penilaian dia adalah jenderal tempur. Ia terjun ke medan perang, terjun beneran pakai parasut. Pertaruhkan nyawa. Kata prajuritnya, “Dia kan mantu presiden, sebenarnya bisa menghindar. “Dia gak mau...dia turun ke battle pertaruhkan nyawa...Maka dia ksatria...”
Sikap ksatria ditunjukkan dengan keberanian berhadap-hadapan, berkata apa adanya, dan mengerti etika dalam menyerang lawan. Bangsa ini tahu bagaimana sang jenderal bertempur di medan perang.
Dan sekarang kita melihat bagaimana sang jenderal bertempur di medan politik. Sama, ksatria.
“Lalu sang jenderal difitnah, tuduhan yang dibuat secara sepihak, dengan motif politik dan penyingkiran. Dia terima, dan dia diam.”
Dia kata Fahri, ambil tanggungjawab putus sampai di dia jaga apa yang dianggapnya benar. “Tapi tidak pernah dia bicara, jenderal diam dalam sepi.”
Sang jenderal malah menghindar dan menyibukkan diri menjadi pengusaha, dia tunjukkan bahwa ia bisa meneruskan perjalanan, dia tidak mau patah dan menjual diri pada orang. Sementara itu, jenderal abal-abal berpesta pora memperkaya diri entah dari mana.
“Menjadi beking mafia.”
(Robi/voa-islam.com)