JAKARTA (voa-islam.com) - Ustaz Bachtiar Nasir menepis tudingan SBY bahwa kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK pada Ahad kemarin (7/4/2019) sebagai kampanye politik identitas. Menurut pimpinan Arrahmah Quranic Learning (AQL) ini, justru kampanye kemarin adalah kampanye ala kearifan lokal, kearifan indonesia yang majemuk.
"Saya melihat dan merasakan sendiri berada di atmosfir senayan saat itu, suasananya luar biasa beragam, bukan cuman Muslim yang datang tapi juga non Muslim. Ketika yang Muslim shalat subuh yang non Muslim juga berdoa menurut keyakinannya. Dan di beberapa sudut kita perhatikan yang non Muslim tidak shalat bersama kami mereka sangat menghargai, penuh toleransi dan kami pun tidak menghujat saudara-saudara kami yang tidak melaksanakan ibadah seperti kami," ujar ustaz yang sering disapa UBN ini dalam pesan audionya yang disebar di media sosial, Senin (8/4/2019).
Tudingan beberapa pihak khususnya SBY yang menyebut kampanye akbar Ahad kemarin sebagai kampanye politik identitas, menurut UBN mungkin lebih karena selama ini kampanye selalu diidentikkan dengan hura-hura, joget-joget bukan hal-hal yang sifatnya kearifan lokal.
"Sesungguhnya apa yang terjadi di GBK kemarin adalah sebuah refleksi spontanitas yang menjadi kebiasan dari sebagian besar umat misalnya budaya membaca maulid kemudian munajat kubro dan di situ kemudian dimasukkan juga tradisi hadroh lalu kemudian gema-gema takbir dan hal-hal tersebut sebetulnya biasa di kalangan umat," papar UBN.
UBN juga memberikan contoh bahwa pada kampanye akbar kemarin juga dihadiri banyak tokoh non Muslim dan kemudian bendera merah putih begitu sangat dominan bahkan menjadi bendera yang paling besar tidak ada bendera yang lebih besar daripada merah putih. Lagu indonesia raya dikumandangkan dengan penuh hikmat dan orasi-orasi kebangsaan yang sangat kental dengan nilai kebangsaan pun diungkapkan bahkan diekspresikan dengan sangat cerdas.
Lebih lanjut UBN menjelaskan bahwa jika kampanye kemarin dituding sebagai kampanye politik identitas maka sebetulnya apa yang terjadi selama ini telah dilakukan oleh semua partai, misalnya memberikan gelar adat istiadat kepada capres ataupun cawapres di satu suku seperti yang pernah dialami oleh presiden-presiden sebelumnya. Kemudian keluar masuk pesantren yang dilakukan oleh paslon tertentu atau kampanye dengan kemasan silaturahim antar tokoh agama bahkan sampai deklarasi atas nama ulama.
"Itu semua adalah hal-hal yang pernah terjadi tetapi kenapa kemudian jika dilakukan oleh mayoritas umat Islam bersama dengan paslon 02 diidentikkan dengan politik identitas? Saya menyebutnya ini adalah kearifan sebagaimana kampanye-kampanye yang sering dilakukan dalam bentuk istighosah kubro, munajat dan doa atau apalah namanya," tegas UBN.
Sebelumnya mantan presiden RI yang juga dewan pembina Partai Demokrat, SBY menyebut kampanye akbar Prabowo-Sandi pada Ahad kemarin di GBK sebagai kampanye yang tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang seharusnya bersifat inklusif.
"Cegah demonstrasi apalagi show of force identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis, serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem," ungkap SBY dalam pesannya kepada para petinggi partai Demokrat.[fq/voa-islam.com]