JAKARTA (voa-islam.com)- Sampai semalam, para peneliti dan pollster, termasuk Bung @BurhanMuhtadi masih membahas soal orang tua Pak Jokowi. Saya sebenarnya heran aja, kenapa masalah ini gak mau dituntaskan? Ini sudah mau masuk minggu tenang. Apa sih susahnya, ya?
Aneh aja sih soal sederhana aja kok. Pekan lalu, dalam kampanye di Jogja, petahana dengan marah mengatakan bahwa, “4,5 tahun difitnah, saya diam”. Mungkin termasuk soal keturunan itu, sebab beberapa kali beliau ungkap sendiri. Sekarang kata beliau, “Saya akan lawan!” Kita tunggu, saya mengira akan ada.
Saya mengira akan ada “perlawanan perang total” tentang membasmi isu ini. Ternyata semalam pollster masih anggap itu masalah. Ini aneh menurut saya, apa susahnya seorang presiden yang mengendalikan berita dan wacana negara melakukan klarifikasi yang tuntas dan total.
Selain hak rakyat untuk mendapatkan kejelasan, kewajiban presiden untuk menjelaskan. Ngapain suruh buzzer bikin meme. Gak bakalan ampuh. Soal pribadi harusnya diselesaikan oleh pribadi. Sederhana sekali. Sungguh sederhana, kalau bantuan diperlukan saya bisa jelaskan caranya.
Dengan maksud membuat Clear pemilu, dulu Barack Obama ketika mau maju lagi, dituduh muslim, koran2 kuning di Amerika Serikat menulis soal kartu keluarga yang palsu, atau tentang tuduhan lain soal nama “Hussein” di tengah namanya. Obama tenang dan menjawabnya apa adanya.
Ribuan artikel terbit dan perang narasi berkecamuk, puluhan bahkan ratusan buku membuka akar keluarga Obama dan agama orang2 Kenya, ada yang menghubungkan Obama dengan kelompok radikal di Afrika, atau mempersoalkan “madrasa”, tempat ia sekolah di Indonesia.
Obama, lebih berat pertempurannya. Minoritas kulit hitam, meski ibunya kulit putih, tapi ada kata “Hussein” di tengah namanya, keluarga bapaknya muslim Totok asal Kenya. Dia harus merayu orang Amerika tempat nilai Judeo-Christian sangat kuat dan dominan, tapi dia menang lagi.
Kalau melihat perdebatan melawan Barack Obama oleh media kulit putih di Amerika Serikat, sungguh keliru kalau kita menuduh bangsa INDONESIA tidak toleran, seperti kampanye kelompok liberal di negeri ini. Cara kita menerima keberagaman ini sudah luar biasa.
Sekarang, kenapa petahana di negeri ini gak mau seperti Obama? Mana kemarahan dan “saya akan lawan!” Yang saya harapkan akan mencerdaskan bangsa kita dan cara luhur cara kita selesaikan fitnah dan kecurigaan? Apa maksud melawan itu menyuruh aparat menangkap lawan?
Entahlah, saya hanya merasa bahwa tenaga presiden untuk meluruskan banyak sejarah kita sebenarnya besar. Bagaimana bisa meluruskan sejarah bangsa apabila sejarah pribadi tidak dihadapi dengan tenang apa adanya? Kenapa sebuah buku terbit dilarang dan orangnya masuk penjara?
Padahal ini era demokrasi yang tak pernah ada dalam sejarah kita, ummat manusia sekarang menikmati kebebasan di ujung jarinya tanpa sensor. Apa yang sanggup negara tutupi? Dusta apa yang sanggup kita sembunyikan? Tidak ada lagi, negara berada dalam akuarium.
Maka, jika berkenan, akhirilah fitnah ini semua dengan bicara apa adanya. Saya percaya bangsa ini punya kearifan. Siapapun kita tak perlu kita tutupi, bahkan dalam agama pun tak ada konsep dosa keturunan. Kita semua lahir suci bersih. Kita hanya perlu jujur apa adanya.
Obama dan jonowi pernah disambut dengan cara yang sama ketika pertama terpilih, lalu maju lagi, tantangan Obama lebih berat tantangan jokowi lebih ringan. Obama menghadapi bangsa demokrasi liberal yang “liar”. Jokowi hidup pada bangsa timur yang pemaaf dan pelupa.
Tapi bedanya, Obama gak mau tutupi apapun masalahnya, dia terbuka. Dan wajah hitamnya tidak mungkin ditutupi. Tapi, sepertinya Pak Jokowi banyak menutupi dirinya. Obama menang, apakah Jokowi bisa? Wallahualam.
*Fahri Hamzah on Twitter