JAKARTA (voa-islam.com)- Demokrasi tidak mempersoalkan siapa Anda, tapi apa yang Anda katakan. Setiap suara dianggap berharga. Negara Pancasila tidak lagi membolehkan adanya serangan kepada identitas ras, suku, agama dan etnis.
“Itu sudah final. Jangan turun ke bawah. Kita harus naik ke atas,” kata Fahri Hamzah, baru-baru ini. Seperti kita tidak bisa memilih menjadi Arab atau Cina, menjadi Bugis atau Madura.
Dan suku bangsa INDONESIA adalah takdir kita. Kita lahir di sini, darah, daging dan tulang kita bersumber dari bumi negeri ini. Kita berbahasa dan Itu mempersatukan kita. Cukup. Itu sumpah kita," cuitannya.
Jangan pula persoalkan cara orang bersikap dan berjuang. Jangan hakimi pikiran orang, kebebasan berserikat dan berkumpul serta berpendapat telah tertuang dalam UUD. Sudah final.
"Jangan perbedaan dianggap halangan. Perbedaan ini syarat kesempurnaan."
Tendensi negara yang kewalahan dengan perbedaan adalah kecenderungan berkembangnya falsafah totalitarian. Ini bahaya dan sekaligus menyedihkan. Seolah kalau kita berbeda dengan sikap pemerintah maka kesetiaan kita kepada bangsa dan negara dipersoalkan.
(Robi/voa-islam.com)