JAKARTA (voa-islam.com)- Mantan Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak teringat kasus Siyono. Kasus yang dinilai ada kejanggalan ketika Siyono menjemput ajal.
Teringatnya Dahnil akan kasus kematian Siyono, “terduga teroris” berkaitan dengan kematian ratusan petugas KPPS di Pemilu 2019. Seperti ada kejanggalan.
Dalam ingatannya, beberapa tahun yang lalu, ketika itu Busyro, dirinya, dan kawan-kawannya membentuk Tim Advokasi yang terdiri dari Pengacara Muhammadiyah dan Dokter-dokter ahli Forensik dari RS Muhammadiyah dan PTM. Pembentukan tersebut memiliki tujuan, yakni untuk mencari keadilan bagi Siyono. Dan kata dia terbukti hasil autopsi penyebab kematian Siyono berbeda dengan keterangan yang ada di kepolisian.
“Hari ini Muhammadiyah melalui Pak Busyro Muqoddas kembali membentuk tim para dokter forensik untuk membantu pemerintah membuktikan penyebab wafatnya para petugas KPPS yang telah mencapai 500 lebih tersebut,” cuitannya, Jumat (10/5/2019).
Ia tentunya berharap ada keterbukaan pihak kepolisian dan Pemerintah saja soal kasus (KPPS) itu.
Sama halnya, ketika saya, Pak Busyro mendampingi keluarga Siyono untuk melakukan autopsi, pihak kepolisian menolak dan melarang. Akhirnya dengan menggunakan legal standing Komnas HAM dalam proses penyelidikan Polisi tidak bisa menghalangi autopsi yang kami lakukan.”
Pada saat itu, lanjut dia, beserta yang lainnya melakukan pendampingan mencari keadilan terhadap Siyono, yang justru malah berdampak tuduhan terhadap dirinya dan lainnya, misal sebagai pendukung “teroris” dari ormas yang rajin menuduh radikal, yang juga selalu pararel dengan suara pihak kepolisian. Namun kata Dahnil, mereka bungkam ketika hasil autopsi terhadap jenazah Siyono membantah klaim polisi.
“Maka, keputusan Muhammadiyah melalui Pak Busyro yang menyampaikan surat kepada Bawaslu terkait kesediaan memfasilitasi melakukan autopsi dan pendampingan terhadap lebih 500 petugas KPPS yang meninggal adalah langkah maju untuk mengungkap fakta yang sebenarnya.”
(Robi/voa-islam.com)