JAKARTA (voa-islam.com)- Siapa yang tidak kenal sosok Prof. Amien Rais? Tokoh yang hingga kini disegani kawan maupun lawan. Berderet kursi bergengsi pun pernah beliau duduki. Mulai dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah hingga Ketua MPR RI. Dan banyak lagi.
Amien juga dikenal dengan Bapak Reformasi. Tokoh yang ikut mengubah bangsa dan Negara Indonesia ke demokrasi saat ini dengan tumbangkan rezim Orde Baru.
Namun tahukah, bahwa Amien tidak “bekerja” sendiri dalam menghadapi dunianya hingga saat ini? Ada sosok lain hingga ia bertahan dan kuat menghadapi suka maupun duka dunia itu.
Dari kesaksian anaknya, Hanum Rais, sosok pendukung itu adalah isterinya. Isterinya lah yang menurut Hanum ikut berperan besar atas segala pencapaian itu. Bahkan ketika Amien menghadapi persoalan yang tak biasa, isterinya lah yang menguatkan Amien hingga selesailah persoalan itu.
Hanum menuliskannya di akun media sosial Instagram miliknya, tepat di hari jadi kedua pasangan (orang tuanya) itu. Berikut ceritanya:
Di belakang Amien Rais yang Kuat Ada Kusnasriyati yang Baja
Jangan. Bapak JANGAN diberitahu. Cuma sakit kayak gini kok. Biarkan Bapak fokus perjuangan. Nanti kalau sudah mau pulang, baru dikabari ya, Nduk. Please. Kasih tahu yang lain, gak boleh ada yang kasih tahu Bapak kalau ibu masuk RS.”
Ucapan itu bukan sekali dua kali dilontarkan oleh Ibuk Kus. Padahal sakitnya bagi saya tidak cuma kayak gini. Saya ingat, saat saya masih SMA kelas 1, adik- adık masih kecil dan sering sakit-sakitan, saat Bapak menghadapi rezim, mau ditangkap, ibuk selalu punya cara tersendiri untuk membuat Bapak kokoh. "Bapak itu kewajibannya mengawal berjuang bersama rakyat. Menjaga anak-anak itu kewajiban saya. Sudah jangan khawatir. Saya bisa njahit, jualan beras, bahkan mengajar jadi guru" (saya tulis dalam Buku Menapak Jejak Amien Rais, 2009).
Ketika dulu di Jogja, Ibuk masuk ICU, ibuk pun juga berpesan, “Jangan kasih tahu Bapak. lbuk bersama dokter terbaik. Perawat terbaik. Anak-anak juga sudah besar gantian mendampingi Itu lebih dari cukup". Walhasil, terkerap Bapak menjadi orang terakhir yang tahu ibu sakit.
Terkadang Bapak marah kenapa tidak ada yang memberitahu, tapi Ibuk membela. "Pak, saya bukan orang manja. Ini pasti karena kecapaian saja. Saya malah tidak tenang kalau Bapak di sini sementara banyak orang sedang mengharapkan kehadiran Bapak.
Mereka lebih 'capai' daripada saya. Kalau bukan Bapak siapa lagi? InsyaAllah saya baik-baik saja, Pak. Saya terus mendoakan Bapak dari jauh", tandas lbuk yang tak ada keraguan sedikitpun dalam setiap kata-kata. Pun ketika dulu mendorong saya berjuang ke Surabaya untuk Sarahza bagi AR. Kusnasriyati Sri Rahayu adalah anugerah belahan jiwa terindah dari Allah SWT dalam hidupnya. Perempuan sederhana dari Solo, yang punya cara berpikir tentang perjuangan yang tidak 'sederhana ala kadarnya.
"Pantang tinggalkan medan sebelum perang benar-benar usai". Ibuk adalah wanita yang membentuk role model berani & kuat untuk anak- anak, baja tahan segala cuaca untuk suami.
Alhamdulilah, ibuk semakin sehat dan sudah boleh pulang dari RS. Terima kasih Allah memberi kesempatan padaku merawat Ibuk dalam Ramadan.
(Robi/voa-islam.com)