View Full Version
Sabtu, 11 May 2019

Laku Paling Memalukan dari Kaum Liberal

JAKARTA (voa-islam.com)- Politisi Fahri Hamzah menyebut bahwa laku kaum liberal di negeri ini paling memalukan. Mereka melakukan kampanye kebebasan berpikir sambil mendukung rezim anti pikiran.

Mereka diam ini pura-pura bodoh atau memang bodoh pura-pura pintar?” sindirnya, di akun Twitter pribadi miliknya, Sabtu (11/5/2019).

Kalau pintar, lanjut Fahri, maka harusnya merespon atas adanya perbedaan pikiran dengan dialog. Bukan malah mendukung pikiran dijagal di meja kekuasaan.

“Katanya liberal ternyata kekanak-kanakan. Sok baca buku dan diskusi kelas tinggi menulis filosofi tapi ujung-ujungnya sekongkol dengan pasal karet. Memalukan.”

Kalau ditengok, awal cuitan Fahri lahir dari komentarnya untuk politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko di akunnya. Fahri mengomentari postingan Budiman dengan nada pertanyaan: “Om, bagaimana membaca harari sambil mendukung rezim yang gemar melakukan sensor dan pengadilan terhadap pikiran dan kebebasan berpendapat? Mohon pencerahannya om.”

Lantas Fahri kembali mengomentari postingan Budiman lainnya: “Harari sedang bertanya tentang masa depan kontrol oleh otoritas digital...eh di sini sudah ada kolaborasi...pikiran membuat orang masuk penjara...dan sekarang negara sedang membentuk editor pikiran orang2 yg dianggap bahaya...om Budiman mau kemana?”

Postingan Budiman yang dikomentari Fahri sebagai berikut: 

“Seri video ceramah saya ttg bentang & rentang pemikiran @harari_yuval o/ #SainsUnderground #BigIdeasBigData. Ada 4 buku yg bisa menjelaskan dr level filosofis sampai bisa merangsang saya membayangkan kerja praktisnya: 1. Di Bawah Bendera Revolusi (Bung Karno)

2. #Sapiens, 3. #HomoDeus & 4. #21Lessons (ketiganya karya @harari_yuval). Ini salah 1 alasanku dkk mendirikan @inovator4id u/ mewujudkan Kebebasan, Kesetaraan, Kemajuan, Hegemoni & Imortalitas Manusia #SainsUnderground #BigIdeasBigData

Inti dr trilogi buku karya @harari_yuval adalah mencoba membedakan antara yg fiksi & yg nyata (real). Ukuran utk menentukan apakah sesuatu itu nyata atau fiksi adlh penderitaan. Jika bisa menderita, ia NYATA (real) #SainsUnderground #BigIdeasBigData.”

(Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version