View Full Version
Senin, 13 May 2019

Propaganda dan Kematian

JAKARTA (voa-islam.com)- Kenapa harus ada yang takut dengan Investigasi terhadap kematian? Selain keluarga korban, bukankah kita semua memerlukan penjelasan? Karena di negeri ini tidak boleh ada satu nyawa melayang tanpa alasan. Itulah doktrin keselamatan, ketika nyawa manusia kita anggap paling mahal.

Kita harus secara terus menerus meyakinkan bangsa ini bahwa satu nyawa itu mahakarya. Seperti agama menempatkannya di tempat paling tinggi sehingga keselamatan manusia adalah prioritas kita. Kita jangan biarkan sikap masa bodoh apalagi meremehkan hilangnya nyawa. Bahaya!

Kematian, oleh sebab yang tidak wajar harus membelalakkan mata bangsa kita. Itu pertanda hidupnya “sila kemanusiaan” sebagai komitmen besar bangsa kita kepada nyawa. Sikap sensitif  terhadap nyawa adalah sikap yang paling bisa menjelaskan watak kita sebagai bangsa cinta damai.

Di dalam Alquran tertulis: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32). Betapa sentral arti nyawa.

Dalil itu sekaligus membantah bahwa seolah agama adalah sumber kebencian dan permusuhan serta perang. Itu hanya propaganda kelompok penjual senjata dan pemakan biaya pengamanan negara yang korup. Agama tidak berjalan dengan nalar merusak tetapi memperbaiki dan memelihara.

Maka, negara harus berani tampil membela satu nyawa pun dan tidak abai membiarkan satu nyawa pun hilang tanpa alasan yang benar. Kemanusiaan ditegakkan dengan cara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darahnya. Itulah yang membuat negeri ini aman dan damai.

Tapi jika komitmen kita melemah kepada nyawa dan perindungan kepada keselamatan manusia, maka kita sedang dalam bahaya, peradaban bangsa sedang jatuh ke titik yang paling rendah. Kita di awal musibah yang besar. Karena hilangnya nyawa mulai dianggap lumrah dan biasa.

Dalam zaman fitnah ini, agama sering dituduh menganjurkan pertumpahan darah. Padahal, kita menyaksikan secara telanjang nyawa tumpah dan negara abai memberikan perindungan. Bahkan untuk memberitahu penyebabnya pun negara abai. Masihkah kita menuduh agama sebagai teroris?

Sekarang saya semakin melihat dan percaya, bahwa Negaralah biang kerok terorisme. Agama hanyalah tertuduh yg difitnah. Terorisme dibuat oleh negara untuk kepentingan negara. Agama hanya dijadikan dalih seolah agama permisif atas terorisme padahal negara produsennya.

Dan kita menyaksikan dalam sejarah, agama-lah yang mengajarkan nilai cinta dan persaudaraan. Tapi negara datang dengan politik, permusuhan dan perang. Negara memicu industri senjata dan bersekongkol menciptakan pasar.  Jadilah agama sebagai kambing hitam.

Politisi di negeri ini harus waspada, jangan sampai kita menjadi pasar senjata bagi terorisme yang menghantui lalu menjadi pasar narkoba bagi anak muda kita. Dan semua itu diselenggarakan secara korup. Maka, Korupsi, terorisme dan narkoba menjadi rangkaian bisnis.

Demikian tulisan saya sebagai bahan Tim Peneliti Opini Tokoh (Tim TIKTOK). Semoga berkenan.

*Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah


latestnews

View Full Version