View Full Version
Sabtu, 18 May 2019

Sambil Singgung Orba, Ini Kritik Keras Fahri ke Wiranto

JAKARTA (voa-islam.com)- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengkritik keras Menkopolhukam Wiranto atas ucapan dan tindakannua di akhir rezim Jokowi sambil menyinggung masa sebelum reformasi. Fahri misalnya saja mempermasalahkan pendekatan Wiranto ke rakyat yang seperti menabrak aturan yang ada di demokrasi.

Terkait makar, juga dipersoalkan Fahri dalam realisasinya. Berikut kritikan-kritikannya terkait di atas yang redaksi abadikan di akun Twitter miliknya dengan model mengomentari berita di beberapa media:

Kalau sebelum 1998 perintah begini masih bisa berlaku...sekarang UUD, UU dan seluruh perangkat hukum telah di-disain untuk melindungi kebebasan rakyat untuk bergerak...sayang sekali @PolhukamRI gak lagi baca aturan...semua yg dikatakan adalah pendekatan kekuasaan...salah! twitter.com/rmolco/status/

Mana ada hak perintah di kementerian @PolhukamRI ?? Saudara pakai aturan apa? Ini dapat dikategorikan makar karena menggunakan aparat bersenjata untuk merampas kebebasan rakyat...sayang sekali orang2 ini gak baca UU dan konstitusi...mentok lalu pakai kekuasaan belaka!

Jadi, demokrasi itu bukan Perubahan dari peluru tajam, ke peluru hampa dan pentungan...tapi perubahan pikiran bahwa keselamatan rakyat dan kebebasannya harus menjadi tujuan utama penyelenggaraan negara sebagaimana dalam pembukaan UUD 1945...

Tuh @PolhukamRI ..

Kena semprit...

Luar biasa...

#JanganNgomongMacem2

Sesuatu yang sudah gak pernah kita dengar...

Mencium bau makar tidak boleh dicium sendiri...publik harus tau...makar kan gerakan bersenjata yg membahayakan negara...di mana mereka? Siapa yg pimpin? Mana gambarnya? Ayo buka pak...

Dalam demokrasi, negara harus membiasakan diri mendengarkan keributan dari mulut rakyat. Negara demokrasi itu rakyatnya cerewet. Cobal lihat anak kecil yang sejak kecil aktif, berani  dan “nakal” biasanya anak itu kelak jadi orang hebat. Itu prinsip demokrasi. #DemokrasiKita

Coba lihat anak2 di segara bebas, sejak awal dilatih untuk percaya diri dan survive serta tidak gampang menyerah. Maka nanti, negara itu tumbuh kuat karena rakyatnya semuanya kuat. Negara kuat itu bukan karena rakyatnya lemah oleh kekuatan negara. Terbalik. #DemokrasiKita

Itulah masa lalu bangsa Indonesia di nusantara ini. Rakyat semenanjung itu maritim mentalitasnya; percaya diri, tahan gelombang, Daya tahan kuat,  terbuka dan berani.  Itulah basis dari kekuatan kerajaan2 pesisir yang terkenal. Sampai kita dipaksa menjadi agraris oleh penjajah.

Lalu, sekarang pada diri mentalitas bangsa kita tumbuh feodalisme agraris terutama elite; lemah, tertutup, gampang menyerah, tidak rasional, jago kandang, Nrimo, menindas...dan banyak kultur negatif lainnya termasuk hipokrit. Budaya inilah yang harus kita kikis habis.

Demokrasi adalah kembali kepada jati diri bangsa ini sebelum dijajah dan lalu pada dirinya melekat dan merasuk mentalitas orang terjajah; merasa rendah, tidak percaya diri, kalau diberi kekuasaan jadi sok kuasa dan menidas. Inikah #ArahBaru bangsa ini, kita tinggalkan yg lama.

Inilah realitas baru bangsa kita. Demokrasi dan kebebasan yang kita perjuangkan dengan tenaga. Terimalah kenyataan itu. Terimalah kebebasan dan terimalah akibatnya.  Negara harus hadir memelihara kebebasan itu bukan menguranginya.  Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.

(Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version