JAKARTA (voa-islam.com)- Rekonsiliasi itu bersilaturahim. Mendekatkan yang jauh, bukan deal kekuasaan. Kalau semua partai mendapat jatah kursi, ini namanya akuisisi, bukan rekonsiliasi.
Kalau tidak ada oposisi, publik akan merugi dan itu akan melahirkan neo-Orde Baru (Orba)," demikian cuitan Mardani Ali Sera, kemarin.
Mardani mengajak kepada siapa pun untuk berdemokrasi dengan baik secara rtika dan rasionalitas. "Agar wajah demokrasi pascaputusan MK mempunyai dua kekuatan besar: Penguasa dan Penyeimbang (oposisi)."
Sehingga, kata dia, ada kontrol dan pengawasan bernegara. Semua demi cinta NKRI. Kata dia, secara etika, Pemilu adalah proses biasa dalam demokrasi; ada yang menang juga ada yang kalah.
Namun semua proses butuh perjuangan dan energi. Dalam hal pilpres, yang menjadi pejuang adalah 01 dan 02. Jika kontestansi demokrasi pilpres ini dimenangi 01, mereka menjadi penguasa.
Maka secara etika, menurutnya, 02 harusnya menjadi penyeimbang kekuasaan, bukan berbalik arah merasa menang sehingga ingin berkuasa.
"Jadi etikanya, jika 01 berkuasa, maka 02 menjadi penyeimbang, jika 02 menang, 01 penyeimbang. Itu akan membuat sehat demokrasi, tidak akan terlihat lagi politik loncat pagar."
Secara etika, salah satu kubu harus istikomah berpolitik menjadi kekuatan penyeimbang bagi pemerintahan. Melaksanakan fungsi check and balance, sebagai oposisi yang kritis dan konstruktif.
(Robi/voa-islam.com)