JAKARTA (voa-islam.com)- Tampaknya ada sebagian di antara masyarakat awam kita, hingga masyarakat terdidik yang masih saja belum paham akan apa itu SARA di republik ini. Sekelas pengamat pun, tampak dianggap demikian jika kita memperhatikan komentarnya terkait ucapan ke salah satu negara, apalagi hanya karena soal bambu.
"Temen-teman semua. Sebaiknya kata ‘Tiongkok’ jangan dipakai lagi di publik. Jika tanggapan khalayak macem @yunartowijaya kayak gini. Dikit-dikit SARA. Kalah menang, labeling SARA ini kayaknya gak bakal ilang. Pengganti ‘Tiongkok’ apa enaknya?” kata pegiat medsos, Mustafa Naharawardaya ketika mengomentari akun @yunartiwijaya, seorang pemimpin lembaga survei Charta Politica atas cuitannya:
“Bebas aja beda pendapat ttg instalasi bambu 550 jt ini wajar atau gak dibongkar dlm waktu 11 bulan.. Yg gak wajar ketika tiba2 yg punya gawean pakr narasi "Pake Bambu supaya gak pake besi impor tiongkok"... Tapi menangnya emang dah pake SARA dari awal sih...”
Selain Mustafa, Ustaz Hilmi Firdausi juga tampak ikut mengomentari hal serupa yang dicuitkan oleh Yunarto.
Ketika Bambu 550jt jadi masalah, tapi Bus harga Milyaran dari negeri tirai bambu yg terbengkalai diabaikan. Prihatin kalau melihat cara berpikir orang yg dibumbui kebencian...”
Hilmi kemudian menyindir terkait dikit-dikit dikaitkan dengan SARA jika menyebut nama Tiongkok, yang kemudian bermunculan masalah:
“Ada yg bilang ketika Pak @aniesbaswedan menyebut Tiongkok itu SARA. Duh, ini kan pelajaran SD. Tiongkok itu nama negara bro, dimana SARAnya ? Nah klo anda ngomong onta arab, kadal gurun dsb itu baru SARA namanya.”
(Robi/voa-islam.com)