JAKARTA (voa-islam.com)- Ekonom sekaligus mantan Menkomaritim menceritakan bahwa pada tanggal 4 Februari tahun 1998, 4 bulan sebelum kejatuhan Presiden Soeharto, Presiden Bank Dunia James Wolfenshon saat itu berkunjung ke Jakarta. Saat kunjungannya itu, kemudian Rizal berinisiatif membuat petisi dari 17 tokoh Indonesia.
“Nurcholish Madjid, Ali Sadikin, Marzuki Darusman, Dillon, Lukman Sutrisno, Faizal Basri, Gunawan M dan lain-lain,” kenangnya, di akun Twitter pribadinya, baru-baru ini.
Isi petisi tersebut adalah: Laporan-laporan Bank Dunia tentang Indonesia ternyata penuh pujian yang berlebihan, yang ternyata kemudian menyesatkan.
Terbukti terjadi krisis ekonomi 1998, tanpa diduga-duga oleh Bank Dunia.”
Kedua, lanjut dia, banyak proyek Bank Dunia dikorupsi, tapi selalu dibantah. “Presiden Bank Dunia tanggal 4 Februari 1998 tersebut mengakui kelemahan-kelemahan Bank Dunia. Dia berjanji kepada RR bahwa dia akan galakkan gerakan antikorupsi, memecat Kepala Bank Dunia di Indonesia Dennis de Tray, dan dorong good governance termasuk laporan yang lebih objektif.”
Dengan semangat untuk mendorong gerakan antikorupsi dibentuklah LSM Partnership for Governance Reform. Ketua pertamanya DR. Dillon. “Dengan bantuan EU, Jepang UK, Norway, Sweden terkumpul dana untuk membiayai organisasi-organisasi antikorupsi seperti ICW dan lain-lain, dan konsep awal tentang KPK.”
Ia menunjukkan beberapa bukti sejarah yang diterbitkan media luar terkait itu. Di antaranya Berita Washington Post tanggal 5 Februari 1998 tentang kelemahan-kelemahan Bank Dunia di Indonesia berdasarkan Petisi 17 Tokoh Indonesia: Bang Ali, RR, Nurcholis Madjid dll. Berita Asian Wall Street Journal tanggal 5 Februari 1998 tentang pengakuan Pres. Bank Dunia Wolfenshon atas kelemahan-kelemahan Bank Dunia di Indonesia berdasarkan Petisi 17 Tokoh Indonesia: Bang Ali, RR, Nurcholis Madjid dll.
(Robi/voa-islam.com)