JAKARTA (voa-islam.com)- Hideyoshi mengatakan: "Begini, Anda lihat tentara saya di belakang ini? Tentara saya jumlahnya banyak, dan siap perang. Mereka berani dan jago perang. Saya juga lihat tentaramu. Cukup banyak. Siap, semangat, jago perang. Semuanya disiplin, setia dengan anda. Besok ada dua pilihan. Saya bisa perang, tapi bayangkan jika kita perang salah satu dari kita akan menang.
Saya yakin saya menang. Anda yakin anda menang. Tapi, siapa pun yang menang, akan banyak korban. Anak-anak mudamu akan banyak yang mati dan cacat. Orang tua mereka akan menangis, kehilangan putra mereka. Siapa yang akan membantu nanti pertanian keluarga mereka? Siapa yang akan bantu saat orang tua mereka sudah tua?
Saya juga demikian. Kalau saya menang, pasti banyak anak buah saya yang mati. Jika kita perang, banyak yang akan gugur dari pihak masing-masing. Jadi, kenapa harus perang? Saya tahu Anda cinta Jepang. Saya cinta Jepang. Anda mau persatukan Jepang. Saya mau persatukan Jepang. Kenapa kita tidak bisa bekerjasama? Mari kita kerjasama untuk sama-sama mempersatukan Jepang."
Alhasil, tidak terjadi pertempuran. Leyasu berkata kepada Hideyoshi:
Anda benar.”
Ini sikap kesatria yang Pak Prabowo pelajari dari Hideyoshi. The power of berunding, negosiasi. Jangan mau menang sendiri, coba cari titik kerjasama.
(Bersambung)