JAKARTA (voa-islam.com)- Apa pun langkah para elit politik, kita tetap menghargainya, meskipun kita sebagian besar pendukung Prabowo-sandi merasa kecewa dengan langkah politik Prabowo tersebut. Hal ini juga yang akan menjadi bahan evaluasi total bagi umat Islam dan rakyat Indonesia untuk menyatukan ulang jalan perjuangan selanjutnya.
Tetapi jika pertemuan itu hanya sekedar untuk menjalin silaturrahim kebangsaan juga adalah jalan yang mulia. Sebab M Natsir (Ketua Umum Masyumi) dan DN Aidit (Ketua CC PKI) sering kali bertengkar secara ideologi dan bahkan tidak pernah bertemu secara pikiran, tetapi mereka selalu diskusi, makan sate dan minum kopi bersama di Kantin DPR selesai rapat. Itu adalah keteladanan yang harus ada dalam elit politik kita.
Namun kalau pertemuan itu adalah untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan, memang sudah berbeda tujuannya. Oleh karena itu, Setelah Prabowo bertemu Jokowi dan kemudian bertemu Megawati, “oposisi” rakyat sebagai civil society tidak akan berhenti. Semangat untuk memperjuangkan nilai yang haq dan melawan yang bathil tentu tidak berdasarkan pada perjuangan dengan Prabowo.
Umat Islam dan Rakyat Indonesia yang mendukung Prabowo pada Pilpres 2019 yang sekarang membangun slogan baru “Kami Oposisi” memiliki pandangan yang berbeda dengan Prabowo.
Oleh karena itu tanpa atau ada Prabowo dalam barisan perjuangan umat dan rakyat untuk menegakkan dan mempertahankan nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan, kita semua harus tetap bertekad dalam setiap langkah dan perjuangan untuk mewujudkan nilai itu.
(Bersambung)