JAKARTA (voa-islam.com)- Ilmu bagi kita adalah gizi dalam pertumbuhan. Bila kita bergizi maka kita akan tumbuh menjulang dengan akar yang kuat menghujam dan buah yang banyak, bermanfaat dan berguna.
Itulah ilmu bagi kita. Tanpa ilmu kita akan menciut, mati dan tidak relevan. “Ilmu tidak bisa diganti dengan harta dan kekuasaan. Harta dan kekuasaan memang tampak memberi kepuasan dan kesenangan juga pengaruh dan pengendalian,” kata Fahri Hamzah.
Tapi, kata dia, tanpa ilmu harta dan kekuasaan dapat menjadi bencana dan kezaliman.
Maka ilmu menjadi alas harta dan kekuasaan.”
Lebih dari itu, uang dan kekuasaan tidak bisa menemani seterusnya dalam perjalanan. Uang bisa hilang dan kekuasaan bisa berganti. Tapi ilmu selalu dapat menjadi lentera dalam perjalanan. “Selalu bisa membuat relevan dalam membaca keadaan dan melangkah menuju tujuan.”
Suasana itu harusnya bisa diciptakan. Apabila ada kesadaran bahwa ilmu lebih penting dari capaian kemewahan fisik yang sedang dibanggakan. Kehadiran ilmu adalah di ruang publik adalah tangga menuju peradaban. “Mari kita kerjakan.”
(Robi/voa-islam.com)