JAKARTA (voa-islam.com)- Negara harusnya gak boleh sombong. Pikirkan korban bencana yang ada dan masih menjadi PR karena belum diselesaikan.
“Bangun rumah korban bencana belum selesai. Mau bangun Ibu Kota 500T. Ada batas kesabaran menerima akibat dari kesembronoan negara. Batas itu samar dan tidak dapat diterka kapan datangnya,” Fahri Hamzah mengingatkan.
Inilah kewaspadaan yang harusnya ada pada para penguasa. Sebab, jika pindah Ibu Kota maka orang yang paling bertanggungjawab atas hal itu adalah Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Bukan Jokowi.
Karena tidak bisa menjelaskan kepada publik bahwa Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta peninggalan Bung Karno ini dan pengembangan wilayahnya tidak saja cukup tapi tetap harys menjadi Ibu Kota NKRI.”
Kemarin, katanya, di depan beberapa anggota Kongres Amerika yang dipimpin oleh David Price, saya menceritakan sejarah Ibu Kota DKI Jakarta yang merupakan keputusan presiden Sukarno setelah kunjungan 19 hari ke Amerika sejak 16 Mei 1956. Kunjungan ini sangat berkesan bagi Bung Karno. “Saya datang ke sini ke Amerika untuk belajar sesuatu,” kata Sukarno saat menjejakkan kakinya di Washington. “Bukan sekadar Amerika sebagai sebuah negara, atau bangsa, atau orang, tetapi juga Amerika sebagai kerangka berpikir, Amerika sebagai pusat ide,” masih kata Bung Karno.
“Seperti dikutip oleh National Geographic, itulah pernyataan pertama oleh Presiden Republik Indonesia setibanya di Amerika Serikat. Kunjungan ini merupakan rangkaian perjalanan Si Bung Besar, pemimpin negeri raksasa muda, ke Amerika Serikat dan Eropa Barat selama Mei-Juli 1956,” demikian yang ditulis Fahri di akun Twitter-nya, Kamis.
Dalam wawancara Cyndi Adams, diceritakan oleh Fahri telah terungkap bahwa Bung Karno memang pengagum Amerika. Menggandrungi film-film Amerika. Bahkan terpesona dengan selebritas pemeran filmnya.
Namun, saat Perang Pasifik, Bung Karno pernah berbalik. Tapi, ketika menjadi presiden beliau berbalik lagi. Bung Karno adalah pemikir besar, idenya tentang negara dan Ibu Kota juga besar. Beliau adalah Arsitek yang tidak saja mendisain tata negara kita tapi bahkan tata kota dan bangunan fisik negara.
“DKI Jakarta menurut saya adalah warisan Bung Karno, imajinasi setelah kunjungan itu. Jadi, tanpa ide besar, kita tidak akan sanggup melahirkan sebuah kebanggaan.”
Ibu kota adalah ibu dengan segala makna yang mungkin dikandung oleh kata itu. Maka, membangun Ibu Kota bukan seperti proyek pemekaran seperti yang di-moratorium oleh pemerintah sekarang.
(Robi/voa-islam.com)