View Full Version
Senin, 12 Aug 2019

Enzo dan Kalimat Tauhid: Korban Stigmasisasi Cacat Nalar

JAKARTA (voa-islam.com)- Dahnil Anzar Simanjuntak mengaku prihatin dengan anak-anak muda, yang ketika memiliki pengetahuan atau keterbatasan pengalaman kemudian menjadi korban stigma dengan berbagai tuduhan, seperti dia radikal, dia ekstrimis, dia teroris dan lain sebagainya.

Padahal, kata Dahnil,  adalah tugas negara, masyarakat terdidik, pendidik (Dosen, Guru dan lain-lain) untuk membina, baik kepada anak-anaka muda maupun mereka yang menuduhnya.

“Kita bisa kehilangan masa depan bila tak merangkul mereka,” pesannya, di akun Twitter pribadinya, belum lama ini.

Sebagai negara, harusnya Pancasila menurut dia bisa dijadikan forum untuk dialog. Bukan malah sebaliknya.

Pancasila itu adalah produk dialog. Ada kebesaran hati (berkurban). Nalar yang sehat untuk bersatu di tengah perbedaan.”

Dialetika adalah wataknya. Nalar sehat adalah ruhnya. Bagi pendidik sejati, Dosen, Guru dan lain-lain ketika melihat kasus dan tuduhan terhadap Enzo, misalnya, pasti miris dan tertantang untuk mendalami dan membantu Enzo. “Bukan justru ikut menuduh, karena Enzo adalah korban dari stigma, dan konstelasi politik. @mohmahfudmd @dennyindrayana @sosmedbw.”

Enzo adalah salah satu dari banyaknya anak muda yang berhasil melewati berbagai tes di Akmil. Ia bahkan mendapatkan apresiasi langsung oleh Panglima TNI. 

Enzo diajak berbincang. Enzo sendiri adalah warga Indonesia keturunan Perancis (ayahnya). Ibunya orang Indonesia.

Berita Enzo barulah ramai ketika Panglima mengajak ngobrolnya, lalu selang berapa hari kemudian tersebar foto dirinya yang membawa bendera tauhid di suatu tempat.

Atas dasar itu, banyak pihak akhirnya menjustifikasi Enzo terpapar paham tertentu. Bahkan seorang Profesor tak pelak seperti ikut genderang memojokkan pemuda yang menguasai empat bahasa asing tersebut.

(Robi/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version