JAKARTA (voa-islam.com)- Kalau boleh dicatatat, setidaknya ada dua isu terkait dugaan SARA. Pertama tuduhan kepada ustaz Abdul Somad terkait kajiannya di dalam musala/masjid, yang dianggap menista ajaran agama lain. Kedua, terkait adanya dugaan laku rasial yang diterima warga Papua di daerah perantauan.
Terkait yang pertama, ustaz Abdul Somad telah memberikan jawaban di sela kajiannya, bahwa apa yang disampaikannya itu adalah bagian dari respon pertanyaan di dalam kajian oleh salah satu jamaah terkait salib atau kedudukam nabi Isa di dalam Islam.
Ia mengaku bahwa di dalam video yang sudah berusia tiga tahun tersebut, apa yang disampaikannya murni ajaran Islam dan tak ada niat seperti yang dituduhkan. Apalagi itu hanya disampaikan untuk kalangan muslim, yang notabenenya umum pula dilakukan oleh umat lain ketika berada di rumah ibadahnya.
Soal kedua, terkait adanya laku rasis kepada warga/mahasiswa Papua yang dilakukan oknum tertentu dengan ada kata-kata tak pantas kepada mereka. Kemudian menyulut aksi di Papua dan sekitarnya. Hal ini pun tampaknya sudah mulao kondusif. Tak ada lagi lanjutan aksi anarkis.
Partai Gerindra kemungkinan mencoba mengamati apa yang terjadi di atas. Menurut partai ini, harusya di antara warga saling mengingatkan akan persatuan bangsa dan negara. Bisa dipahami melalui Pancasila.
Persatuan Indonesia, merupakan satu dari lima sila yang mengajarkan kepada kita sikap saling menghormati, toleransi, tolong menolong dan rasa kebersamaan dalam satu wadah besar, Indonesia,” demikian cuitannya, kemarin.
Persatuan menurut Gerindra menjadi esensi keutuhan bangsa Indonesia yang terbentuk dari sekitar 250 juta jiwa, 1.340 suku bangsa, 652 bahasa dan 6 agama di dalamnya dan telah bersumpah, bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu, Indonesia.
Kemajemukan mutlak memerlukan semangat persatuan dalam menjalin, menjaga kebhinekaan Indonesia. “Tanamkanlah di dalam diri, bahwa perbedaan patut kita rayakan sebagai kekayaan, bukan perselisihan.”
(Robi/voa-islam.com)