View Full Version
Rabu, 28 Aug 2019

Boneka Cukong Kekuasaan dan Terancamnya Kedaulatan Indonesia

JAKARTA (voa-islam.com)- Tidakkah kita menyadari bahwa pemindahan Ibu Kota ada rasa tergesa-gesa? Tampak tak ada kajian yang mendalam. Tanpa “restu” DPR RI keseluruhan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan aturan pemindahan Ibu Kota berdasarkan UU.

Namun, tidak demikian persepsi Muhammad Said Didu. Ia malah menilai sebaliknya atas laku anggota DPR RI.

Saya yakin, atas perintah Partai seluruh anggota DPR akan setuju pembangunan Ibu Kota baru dengan biaya swasta karena yang akan menikmati proyek dan tukar guling aset negara adalah para konglomerat ‘donatur’ parpol. Mereka bagaikan boneka di depan para cukong kekuasaan,” katanya, Selasa (27/8/2019).

Terbayang olehnya, ketika nanti kompleks gedung DPR, kantor sekitar jalan Merdeka, kompleks TNI Cilangkap, Mabes Polri, Gedung Bank Indonesia dan mungkin Istana negara, dan lain-lai akan berpindah tangan ke para konglomerat atau asing untuk menutupi biaya bangun Ibu Kota baru. “Saya terkadang terenyuh menyaksikan ‘rumah mewah’ seorang konglomerat di puncak gedung tertinggi di kompleks Hotel Indonesia yang diambil oleh swasta. 

Apakah semua aset negara akan seperti ini dan rakyat akan menjadi penonton kenikmatan para cukong-cukong kekuasaan tersebut?” demikian tertulis di akun Twitter-nya.

Dahnil Anzar Simanjuntak mengingatkan agar jangan tergesa-gesa soal pemindahan Ibu Kota. Mesti ada pertimbangan yang matang.

“Ibu Kota mau pindah? Itu kan rencananya. Baru keinginan ‘Ibu Kota’. Harus izin ‘Bapak Kota’ dulu,” katanya.

Dahnil pun menyinggung masa-masa kampanye Pilpres, yang tidak ada suara soal pemindahan Ibu Kota oleh Jokowi. “Ketika kampanye mengapa tidak sering disuarakan ya, rencana dan kajian tentang pindah Ibu Kota? Supaya menjadi konsumsi dan debat publik,” katanya, di Twitter.

Lain dari Said dan Dahnil, ustaz Tengku Zulkarnain coba melihat sisi lainnya, yaitu dari sisi ekonomi dan kedaulatan terkait pemindahan Ibu Kota. Beliau melihat dari sisi ekonomi, pemindahan Ibu Kota dirasa tak memiliki pengaruh. 

“Tidak meningkatkan nilai ekonomi apa pun bagi Negara dan rakyat Indonesia. Malah secara pertahanan sangat mudah dijangkau Cina dengan kapal perang, pesawat tempur, bahkan rudal Cina. Lurus dan terbuka,” demikian tertulis di akun Twitter-nya.

Beliau melihat ada tanda bahaya di sana, jika Ibu Kota pindah ke Kalimantan. Seperti tak ingin gegabah sebagai tokoh agama, ia pun menghimbau kepada para ahli intelijen dan instansi terkait untuk membacanya. Jangan diam.

(Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version