JAKARTA (voa-islam.com)- Duka cita mendalam atas wafatnya BJ Habibie. Presiden RI ke-3 BJ Habibie wafat malam kemarin, Rabu 11 September 2019 pukul 18.05 di RS RSPAD Jakarta. Kita semua, warga bangsa Indonesia berduka cita sedalam-dalamnya atas wafatnya beliau. BJ Habibie adalah salah satu putra terbaik bangsa.
“Beliau telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kemajuan bangsa dan negara. Jasa beliau akan dikenang untuk selamanya,” kenang Yusril Ihza Mahendra.
Ia pribadi mulai bergaul rapat dengan BJ Habibie ketika beliau menjadi Menristek di zaman Presiden Suharto. Hubungannya dengan beliau (almarhum) bertambah rapat ketika beliau menjadi Wakil Presiden.
“Saya sendiri menjadi Asisten Menteri Sekretaris Negara, yang salah satu tugasnya menyiapkan naskah-naskah Kepresidenan dan pidato-pidato Presiden. Masih segar dalam ingatan saya, reformasi 1998, yang mendorong Presiden Suharto untuk berhenti dari jabatannya.”
Almarhum Suharto digantikan BJ Habibie dalam upacara sangat singkat di Istana Merdeka tanggal 21 Mei 1998. Berada dalam pusaran kemelut yang ada di masa itu.
Setelah jadi Presiden, tugas saya adalah menyiapkan naskah-naskah Kepresidenan dan pidato-pidato Presiden BJ Habibie. Hubungan kami jadi sangat dekat. BJ Habibie memperlakukan saya sama seperti Pak Harto. Karena usia saya masih sangat muda, saya diperlakukan seperti ‘anak’. Bukan diperlakukan sebagai staf Sekretariat Negara atau staf Kepresidenan.”
Kini Habibie sudah pergi. Pun dengan Suharto yang sudah lama mendahului. “Malam ini (kemarin, red), di Kamar Jenazah RSPAD saya duduk termenung sedih menunggu jenazah BJ Habibie dimandikan. Saya termasuk gelombang pertama orang yang menyolatkan jenazah BJ Habibie. Satu demi satu tokoh yang saya bergaul rapat dengan mereka kini telah pergi.”
(Robi/voa-islam.com)