JAKARTA (voa-islam.com)- Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengenang Presiden ke-3 RI BJ Habibie lewat buku biografi beliau berjudul "Detik-detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi". Dalam biografi tersebut dirinya mendapat tempat yang "spesial".
"Salah satu nama yang paling sering disebut adalah nama saya (dibuku-red). Setiap kali ada momen-momen yang besar yang menentukan kebetulan bersama saya beliau, karna saya sejak tahun 89 sudah bergaul dengan beliau," ujar Jimly di kediaman almarhum Habibie di kawasan Patra Kuningan, baru-baru ini.
"Saya pernah diangkat oleh beliau menjadi senior scientist BPPT satu-satumya SH (sarjana hukum) di lingkungan insiyur.
Jadi saya sudah bergaul dengan beliau sejak sebelum ICMI berdiri nah sampai saya terus ikut sampai kita ia menjadi wapres saya diangkat menjadi asisten, lalu menjadi presiden, saya juga mendapat banyak tugas dari beliau," sambungnya.
Selain itu Jimly mengenang sosok "Pahlawan Dirgantara" ini saat moment lengsernya Presiden RI ke-2 Soeharto. Di mana saat itu pula Habibie dipersipakan untuk dilantik menjadi Presiden RI ke-3.
Begitu Pak Harto lengser, niatnya pak Habibie mau ketemu pak Harto, pak Harto memutuskan enggak usah ketemu. Ia telepon saya disini (rumah Habibie-red) telepon tidak jadi besok Pak Harto akan mengundurkan diri, siap-siap menuruskan tugas, saya ada disini (rumah Habibie-red)," ujar Jimly.
Tidak sampai disitu Jimly juga mengenang suami alamarhum hasri Ainum Besari ini lewat sidang istimewa DPR/MPR. Saat itu para wakil rakyat tersebut menolak seluruh pertanggung jawaban Presiden BJ Habibie.
"Saya nemenin dia, lalu begitu ketok palu menolak pertanggung jawaban presiden saya juga sama dia. Jadi moment-moment yang sangat penting itu saya saring sama dia, dan saya sering menimba kearifan dari beliau," kata Jimly.
Kini tokoh demokrasi tersebut telah berpulang, banyak pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari sosoknya. Terutama tentang kecintaan terhadap tanah air Indonesia.
"Intinya dia ikhlas memikirkan Indonesia, jadi dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Kadang-kadang sakit pun dia lupakan, dalam keadaan sakit dia memikirkan Indonesia, jadi ini saya rasa perlu menjadi pembelajaran bagi anak bangsa generasi bangsa," tutup Jimly.
(Robi/voa-islam.com)