JAKARTA (voa-islam.com)--Tingginya harga bawang putih di pasaran yang mencapai Rp. 60.000,- / Kg mendapat perhatian Anggota DPR Komisi IV, Andi Akmal Pasluddin. Dia menuding ada pihak yang sengaja menimbun stok bawang putih.
“Tahun lalu kan kita sudah impor bawang putih cukup besar, dan ini mestinya masih ada 133 ribu ton bawang putih yang tersebar di gudang-gudang pedagang. Mestinya janganlah menahan-nahan stok ini demi mengerek harga dengan isu virus corona," tukas Akmal saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kementerian Pertanian (Kementan), Senin (10/2).
Bahkan, Akmal melihat bahwa penghentian impor bawang putih ini harusnya tidak berdampak jangka pendek melainkan jangka panjang. “Dalam jangka Pendek mestinya tidak terpengaruh karena stok masih ada berdasar data resmi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian,” tegas Akmal.
Legislator PKS ini melanjutkan, tidak sewajarnya bawang putih ini naik dari harga rata-rata Rp 20.000/kilogram (kg), kini harganya bisa mencapai Rp 60.000/kg, bahkan hingga Rp 68.000/kg. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pada hari Minggu (9/2/2020), merilis data harga bawang putih di Provinsi DKI Jakarta yang sudah mencapai Rp 68.350/kg, di Kalimantan Timur mencapai Rp 59.000/kg, dan di Yogyakarta mencapai Rp 58.750/kg.
“Perekonomian kita ini sudah sangat rapuh. Jangan ada lagi segolongan orang yang mencoba membuat rakyat kita makin sengsara dengan mempermainkan harga komoditas yang dipakai massal," ujar Akmal.
Politisi PKS ini menekankan kepada Kementan agar melakukan komunikasi dengan berbagai pihak termasuk aparat sehingga stok bawang putih yang ditahan dapat ditelusuri.
Menurut Akmal, kenaikan bawang putih yang tinggi ini sengaja diciptakan dengan mempermainkan supply dan demand. Koordinasi dengan Bulog juga penting dilakukan agar segera melakukan operasi pasar. Para importir dan para pedagang besar harus dipaksa melepas stoknya sehingga ada penurunan harga yang menjangkau daya beli masyarakat.
“Penjarakan saja para pedagang yang sengaja menimbun stok bawang putih. Karena aktivitas para spekulan model begini yang selama ini merusak tatanan bernegara kita," tutup Akmal.* [Fpks/Syaf/voa-islam.com]