View Full Version
Senin, 09 Mar 2020

Mewaspadai Ancaman Negara Non Militer

JAKARTA (voa-islam.com)—Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengatakan membangun kesamaan persepsi tentang ancaman yang dihadapi bangsa dan negara sangatlah penting.

“Agar kita dapat bersatu padu dalam merespons setiap ancaman dengan baik dan menemukan solusinya yang tepat,” ujar Pontjo saat memberi sambutan pada acara Bedah Buku Menggalang Ketahanan Nasional dengan Paradigma Pancasila di Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (7/3/2020).

Menurut Pontjo ancaman negara sudah semakin luas, bentuk dan jenisnya semakin beragam. Perang yang pada awalnya hanya melibatkan urusan militer, jelas Pontjo, kini medan tempuran-nya (battle field) sudah meluas ke berbagai sendi kehidupan secara multidimensi.

“Penggunaan mesin perang tidak lagi terbatas pada kekuatan militer melainkan sudah menggunakan berbagai kekuatan lainnya seperti penggunaan politik, ekonomi, hukum (legislasi), budaya, tenaga kerja, investasi, narkoba, genetika (bakteri, virus), dan lain-lain,” ungkap Pontjo di hadapan ratusan peserta bedah buku. 

Dijelaskan Pontjo, dinamika ancaman juga telah bergerak begitu cepat sehingga muncul konsep peperangan baru yang disebut dengan “Accelerated Warfare” terutama ancaman yang disebabkan oleh kemajuan teknologi. Fakta ini tentunya menuntut respon negara yang cepat dan kreatif. 

“Merespons perkembangan ancaman seperti itu, menurut hemat saya, hal utama dan mendesak untuk kita lakukan adalah meng-update paradigma, konsep, sistem, doktrin, dan strategi pertahanan dan ketahanan nasional kita menyesuaikan dengan kekinian,” jelas Pontjo yang juga Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti. 

Pontjo mengatakan bedah buku Menggalang Ketahanan Nasional dengan Paradigma Pancasila merupakan sarana sosialiasi guna menghadapi berbagai ancaman negara berbentuk non-militer. Buku ini merupakan rangkuman dan kajian berbagai pemikiran dan gagasan yang berkembang selama pelaksanaan Diskusi Panel Serial (DPS) yang diselenggarakan oleh Aliansi Kebangsaan, Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, dan FKPPI mulai April 2017 sampai dengan tanggal 7 Desember 2018 yang lalu. 

Pada acara bedah buku dihadiri berbagai narasumber seperti Letjen (Purn) Kiki Syahnakri,  Laksamana Muda (Purn) Robert Mangindaan, Pontjo Sutowo, dan lain sebagainya. Bedah buku ini kerjasama Aliansi Kebangsaan dengan FKPPI dan Suluh Nuswantara Bakti. * [Syaf/voa-islam.com] 


latestnews

View Full Version