JAKARTA (voa-islam.com)--Wakil Presiden RI, Prof KH Ma’ruf Amin menjabarkan lima tugas utama ulama yang relevan sampai saat ini.
Hal itu disampaikannya dalam kegiatan halal bihalal MUI seluruh Indonesia sekaligus soft opening kawasan Markazul Islam MUI Sulawesi Tengah, Jumat (12/6) melalui aplikasi Zoom.
Menurut Kiai Ma’ruf, tugas ulama sekarang yang paling penting, pertama adalah menyatukan umat Islam Indonesia. Sekalipun umat terpecah berkelompok-kelompok seperti pada ormasnya masing-masing, namun, kata dia, itu tidak menghalangi umat tetap bersatu. Dia menyebut apa yang terjadi di Madinah dengan bersatunya Muhajirin dan Anshor bisa menjadi contoh.
“Di Madinah sendiri, golongan Anshor terdiri dari Kabilah Khazraj, Kabilah Aus, yang tidak mungkin keberagaman itu dihilangkan, tetapi oleh Rasulullah SAW bisa disatukan, sehingga mereka menjadi seperti satu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan,” katanya.
Kedua, kata dia, taswiyatul manhaj, yaitu menyamakan cara berpikirnya. Dia ingin ulama mengutamakan manhaj yang moderat/wasathiyyah, tidak berlebihan, tidak kurang, namun sedang. “Perbedaan sepanjang itu menyangkut masalah furu’, tidak menjadi masalah itu dari dulu, sepanjang menyangkut masalah yang memang diperselisihkan,” katanya sembari menegaskan perbedaan yang menyangkut soal perkara yang disepakati (mujma’ ‘alaih), sudah given (ma’lum minaddin bi adhdharurah) tidak bisa ditoleransi.
Dia melanjutkan, yang menjadi penting adalah tansiqul harakah (konsolidasi/koordinasi gerakan). Tujuannya, kata dia, agar semuanya bergerak sama ke satu arah. Sehingga antara satu sama lain tidak saling bertabrakan. Sedangkan keempat, di samping visinya dan gerakannya sama, yaitu penguatan di bidang ekonominya, karena itu sehingga hal ini telah menjadi concern dan sudah dilakukan upaya pemberdayaan ekonomi umat. “Sementara yang kelima adalah penguatan sumberdaya manusianya,” imbuhnya.
Menukil apa yang disampaikan Umar bin Khattab RA, Kiai MA’ruf menyampaikan bahwa lima hal itu bisa dicapai bila syarat yang ditetapkan Allah SWT terpenuhi yaitu ta’muruuna bil ma’ruf wa tanhauna ‘anil munkar. “Kita bisa ta’muruuna bil ma’ruf kalau umat menjadi kuat, yaitu umat yang memiliki power, kalau kita bisa membangun softnya, manhajnya, harakahnya, ekonominya, dan sumberdaya manusianya,” paparnya.* [MUI/voa-islam.com]