JAKARTA (voa-islam.com)--Cemerlang tidaknya masa depan sebuah kota salah satu parameternya adalah sejauh mana transportasi publik menjadi pilihan utama warga kota tersebut untuk mobilitas harian. Semakin tinggi persentase warga yang menggunakan transportasi publik dibanding kendaraan bermotor pribadi maka sebuah kota berpotensi menjadi tempat yang nyaman, sehat, berkelanjutan, dan maju serta dihuni oleh warga-warga yang tingkat kebahagiannya tinggi.
Anggota DPD RI atau Senator DKI Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, agar transportasi publik di Jakarta menjadi pilihan utama dalam bermobilitas, selain menghadirkan transportasi publik terintegrasi (tanpa dibatasi oleh wilayah administratif), selamat, aman, nyaman, dan efisien atau terjangkau, operator transportasi publik juga harus selalu peka dengan kebutuhan penggunanya salah satunya menyediakan fasilitas untuk beribadah. Oleh karena itu dirinya menyambut baik dan mendukung penuh kebijakan dan langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang akan membangun sejumlah mushola di setiap halte TransJakarta dan juga di stasiun-stasiun.
“Memahami kebutuhan pengguna atau pelanggan adalah kunci sukses transportasi publik di sebuah kota dan inilah yang selama tiga tahun terakhir ini terus dilakukan Pemprov DKI. Rencana menambah jumlah fasilitas mushola di halte-halte Trans Jakarta adalah salah satu bentuk bagaimana sebuah sistem transportasi menjadi solusi kendala yang dihadapi pengguna atau pelanggannya dalam hal ini dalam menjalankan ibadah terutama salat magrib yang waktunya singkat. Dengan hadirnya mushola di halte-halte Trans Jakarta menyingkirkan kekhawatiran pengguna terlambat atau terlewat melakukan sholat karena masih berada di perjalanan,” ujar Fahira Idris di Jakarta (4/4).
Walau saat ini jumlah pengguna transportasi publik menurun karena pembatasan mobilitas dan pembatasan jumlah penumpang akibat masih dalam kondisi pandemi, Pemprov DKI diharapkan terus melakukan inovasi dan pembenahan transportasi publik baik infrastruktur, sistem maupun pelayanan.
Berbagai penghargaan yang telah diraih DKI Jakarta dalam bidang transportasi diharapkan menjadi pemacu untuk terus menghadirkan transportasi publik yang terintegrasi, selamat, aman, nyaman, dan efisien atau terjangkau.
Menurut Fahira, di masa depan, kota seperti Jakarta termasuk juga kota-kota penyangganya (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) pola mobilitas warganya harus berubah signifikan dari semula menjadikan kendaraan bermotor pribadi sebagai alat transportasi utama menjadi pengguna transportasi publik. Karena jika tidak, kemajuan kota-kota ini berpotensi terhambat bahkan mundur akibat terbelit persoalan kemacetan yang berimbas kepada kerugian ekonomi yang besar dan polusi udara yang berdampak fatal terhadap kesehatan akibat emisi gas buang kendaraan.
“Walau sebuah inisiatif yang sederhana, rencana pembangunan mushola di halte-halte Trans Jakarta sejatinya adalah upaya besar dan terobosan agar transportasi publik terutama di Jakarta menjadi pilihan utama warga dalam beraktivitas. Semoga rencana ini berjalan baik dan hasilnya dapat dinikmati oleh pengguna transportasi publik di Jakarta,” pungkas Fahira.
Sebagai informasi, PT Transjakarta menggandeng Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, menandatangani MoU yang disaksikan oleh Gubernur Anies Baswedan (1/4). UNU dan UNUSIA akan memberi masukan dan penelitian terkait desain mushola yang dirancang dengan nuansa kultural sesuai wilayah haltenya. Saat ini baru ada 24 mushola di 10 koridor busway di Jakarta.