JAKARTA (voa-islam.com)--Walau Kamus Sejarah Indonesia yang tidak mencantumkan nama pendiri tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pahlawan nasional KH Hasyim Asy’ari sudah ditarik, tetapi polemik terkait hal ini masih terus terjadi hingga saat ini.
Polemik ini menandakan bahwa publik luas menaruh perhatian besar terhadap ilmu dan pelajaran sejarah terutama sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Sebagai sebuah dokumen penting perjalanan sebuah bangsa dan kiprah tokoh-tokoh pejuang dan pendiri bangsa, Kamus Sejarah Indonesia haruslah sempurna agar mampu menjadi inspirasi generasi muda.
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, antusiasme masyarakat terhadap sejarah bangsa termasuk tokoh-tokohnya adalah sinyal positif bagi bangsa ini. Polemik ini juga harus jadi momentum penyadaran bagi kita semua bahwa sejarah bangsa Indonesia beserta tokoh-tokohnya bukan sekedar cerita masa lalu, tetapi energi dan sumber inspirasi bagi kita semua terutama generasi muda untuk menjaga keberlangsungan dan kemajuan negeri yang sudah susah payah diperjuangkan ini.
“Saya mohon Kemendikbud me-review total semua jilid Kamus Sejarah Indonesia. Tidak boleh ada kekeliruan, disinformasi, apalagi sampai ada tokoh yang tertinggal. Kamus sejarah bangsa ini harus sempurna agar jadi inspirasi bagi generasi muda. Anak-anak muda sekarang harus tahu dan memahami bahwa di masa lalu terdapat anak-anak seusia mereka yang menghabiskan masa mudanya membebaskan negeri ini dari penindasan dan belenggu penjajahan dengan taruhan nyawa,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta (22/4).
Menurut Fahira, sejarah bangsa adalah salah satu pilar pendidikan karakter penting di sekolah. Dengan mempelajari sejarah perjalanan bangsa beserta tokoh-tokohnya, berbagai nilai dari semua tokoh tersebut mulai dari religiusitas, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, bahkan demokrasi akan diserap oleh peserta didik.
Sejarah bangsa dan pemahaman tokoh-tokoh bangsa adalah medium yang sangat efektif mengenalkan jati diri bangsa kepada peserta didik yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Lewat sejarah, misalnya fase pergerakan nasional, peserta didik bisa mengetahui dan terinspirasi bahwa negara ini dimerdekakan oleh para pendiri bangsa yang sudah berjuang sejak usianya masih muda.
Fahira berharap dari Kamus Sejarah Indonesia ini generasi muda menyelami kontribusi besar tokoh-tokoh bangsa dalam memerdekakan Indonesia salah satunya KH Hasyim Asy’ari yang perjuangan begitu besar dan penting tidak hanya memerdekakan Indonesia tetapi juga mempertahankan kemerdekaan bangsa salah satunya lewat Fatwa Resolusi Jihad. Belum lagi kalau kita bicara soal besarnya kontribusi tokoh pendiri NU ini dalam memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Saya berharap lewat Kamus Sejarah Indonesia ini, anak-anak muda menyelami makna bahwa sumpah pemuda 1928 hingga proklamasi 1945 semuanya digerakkan pemuda. Mereka tersadarkan bahwa tokoh-tokoh seperti Tjokroaminoto, M. Yamin, Soekarno, Hatta, Sjahrir dan lainnya sudah memimpin organisasi dan tampil sebagai tokoh pergerakan nasional diusia yang masih sangat belia,” pungkas Fahira Idris.*[Ril/voa-islam.com]