JAKARTA--Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai bahwa saat ini tidak banyak kajian-kajian keislaman yang dihasilkan oleh para pemuka agama Islam, para ulama maupun para da'i di negeri ini. Ini ditegaskan Ketua MUI KH Cholil Ridwan dalam perbincangan dengan Republika di sela-sela peluncuran Buku Indeks Hadits dan Syarah oleh Buya H. Muhammad Alfis Chaniago di Gedung MUI Jakarta, Kamis (14/1).
''Sebenarnya kajian-kajian keislaman di negeri ini sudah berlangsung sejak lama, namun belakangan tidak banyak lagi kajian-kajian keislaman yang dihasilkan.Sayangnya, kajian keislaman ini belakangan justru banyak dikuasai oleh kalangan liberal. Sehingga yang banyak berkembang di kalangan umat belakangan ini adalah paham-paham liberal,'' tegas kiai Cholil Ridwan.
Karena banyak dikuasai oleh kalangan liberal, menurut kiai Ridwan maka praktis masalah-masalah seperti sekularisasi agama dan hal-hal yang berkait dengan paham liberal dan yang bertentangan dengan MUI, justru menjadi marak di negeri ini.
Menurut kiai Ridwan, ini karena metode dakwah para ulama dan da'i di Indonesia belakangan ini cenderung tetap mempertahankan cara-cara konvensional. ''Jadi para da'i dan ulama terjebak pada kegiatan-kegiatan rutin dakwah yang sifatnya normatif dan konvensional,'' papar kiai Ridwan.
Walaupun diakui kiai Ridwan bahwa MUI maupun ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU telah memiliki pusat kajian keislaman. Namun itu tetap dirasa kurang. Karena itu pihaknya berharap agar para ulama, da'i dan pemuka agama Islam juga banyak melakukan kajian-kajian keislaman yang berhubungan langsung dengan persoalan-persoalan keseharian yang dihadapi umat.
Belum Menjawab Persoalan Umat
Sementara itu, Buya H. Muhammad Alfis Chaniago, mengungkapakan bahwa kajian-kajian keislaman yang dilakukan oleh para ulama, pemuka agama Islam, dan para da'i dirasa sudah cukup banyak. Sayangnya, kajian-kajian keislaman tersebut belum bisa menjawab sepenuhnya persoalan-persoalan yang tengah dihadapi umat dalam kehidupan keseharian.
''Memang sudah banyak kajian-kajian keislaman dilakukan, namun sayangnya belum bisa menjawab sepenuhnya persoalan-persoalan yang dihadapi umat,'' kata Alfis. ''Jadi sebenarnya umat sekarang ini masih banyak mengharapkan para ulama, da'i, dan pemuka agama untuk melakukan kajian-kajian keislaman yang bisa menjawab tantangan ke depan,'' tambahnya.
Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, Alfis meluncurkan buku Indeks Hadits yang terdiri dari dua jilid itu. Buku tersebut ditulis Alfis selama dua tahun dengan menyisihkan waktunya tiga jam setiap hari. Buku Indeks Hadits dan Syarah ini berisi 1.646 Hadits pilihan dari enam kitab Hadits Shaheh.