Para pengungsi itu berkumpul di daerah di dekat tempat perbatasan At-Tanf dan Al-Waleed, tinggal dalam kondisi yang para pejabat PBB lukiskan sebagai keadaan yang berbahaya. Suriah menolak untuk membolehkan sebagian besar dari para pengungsi itu untuk tinggal secara tetap di wilayah mereka, dengan mengatakan bahwa negara-negara lain di kawasan itu, termasuk Israel, juga harus memikul tanggung jawab atas mereka.
Sebuah laporan oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menyatakan bahwa kamp At-Tanf telah ditutup pada 1 Februari. Chile dan beberapa negara Barat, termasuk Swedia dan Australia, telah mengambil sekitar 1.000 dari warga kamp itu sejak 2008 dan Suriah menerima sisanya 300 orang, lalu memindahkan mereka ke Al-Hol, kamp lain di Suriah barat laut yang memiliki pengungsi dari beberapa kewarganegaraan yang berbeda-beda.
"Meskipun kondisi kehidupan di kamp Hol Suriah sedikit lebih baik, keadaan tidak memungkinkan bagi tempat tinggal diperpanjang," kata laporan itu. Al-Waleed, kamp lain di perbatasan Suriah-Irak, masih menampung sekitar 1.000 warga Palestina dan 200 orang dari kewarganegaraan lain, menurut UNHCR. Irak memiliki 30 ribu pengungsi Palestina yang terdaftar sebelum serangan pimpinan-AS pada 2003 yang mengubah keseimbangan kekuasaan di negara itu.
Para pengungsi itu mendapat bantuan dari pemerintah Saddam Hussein yang didominasi Sunni tapi nasib baik mereka memburuk ketika Syiah memperoleh kekuasaan politik pada era pasca-Saddam.
Suriah telah menampung ratusan ribu pengungsi Irak dan 430 ribu pengungsi Palestina yang terdaftar pada Badan Pertolongan dan Pekerjaan PBB. Sebagian besar dari mereka adalah keturunan Palestina yang melarikan diri dari tanah air mereka ketika Israel dibentuk pada 1948.