BERLIN--Baik Direktur Badan PBB Urusan Pengungsi Palestina UNRWA John Ging maupun pakar ilmu politik dari Universitas Al Azhar di Jalur Gaza Mkhaimar Abusada, mengungkapkan bahwa kondisi Jalur Gaza kini sangat buruk. Gambaran itu mereka ungkapkan dalam diskusi yang diselenggarakan Yayayan Heinrich Boll di Berlin kemarin.
Mkhaimar Abusada, yang dengan susah payah dan dengan bantuan diplomat Jerman datang ke Berlin, tidak mengetahui dengan pasti, apakah setelah mengikuti diskusi tersebut, ia dapat kembali ke tanah airnya di Jalur Gaza atau tidak. Ia menggambarkan situasi di Jalur Gaza seperti dalam sebuah penjara.
"Dengan dunia luar, Jalur Gaza dihubungkan tujuh pintu perbatasan. Enam pintu perbatasan dengan Israel. Dan sebuah pintu perbatasan dengan Mesir. Semua pintu perbatasan itu tertutup, kecuali untuk kepentingan kemanusiaan," ungkap Mkhaimar Abusada. Menurut dia, mayoritas warga Palestina di Jalur Gaza terkurung. Sekitar 1,5 juta warga Palestina tidak dapat bergerak ke mana-mana.
Setahun setelah pecahnya Perang Gaza, situasi kehidupan warga sama sekali tidak berubah. Situasi kemanusiaan sangat buruk. Demikian dikatakan Direktur Badan PBB urusan pengungsi Palestina UNRWA, John Ging. "Bagi warga awam, kehidupan di Jalur Gaza merupakan bencana. Lebih dari 80 persen warga menggantungkan kelangsungan hidupnya dari bantuan pangan PBB. 300 ribu warga sama sekali tidak memiliki apapun," tutur John Ging.
Di samping itu tidak tersedia air minum yang bersih. Sebanyak 90 persen persediaan air tercemar. Warga di Jalur Gaza hidup dalam serba kekurangan. Sementara bantuan pembangunan kembali yang dijanjikan masyarakat internasional setelah perang Gaza tak kunjung tiba.
Israel memblokir Jalur Gaza sejak kelompok Hamas memenangkan pemilihan umum tahun 2006. Juga Uni Eropa memutuskan hubungan dengan kelompok Hamas dan memboikot Jalur Gaza. Bantuan pembangunan masih tetap disalurkan tanpa melewati kelompok Hamas. Tapi sebagian besar tidak berfungsi, karena bahan yang diperlukan tidak dapat masuk ke Jalur Gaza.
John Ging pun mengecam masyarakat internasional yang memperburuk situasinya ketimbang memecahkannya. "Pendudukan merusak dan menghancurkan. Saya harus mengatakan, tanggung jawab utamanya terletak di tangan masyarakat internasional. Semuanya diabaikan," ujar dia.