View Full Version
Selasa, 06 Apr 2010

Kelas Menengah Muslim Lejitkan Industri Halal di Prancis

PARIS--Ada yang salah dengan kebijakan pemerintah Prancis untuk terus memmpersulit kehidupan umat Muslim. Mereka yang duduk di pemerintahan tidak menyadari bahwa kebangkitan kelas menengah Muslim di negara itu, ikut menggeliatkan perekonomian Prancis. Menurut lembaga survei setempat, Solis, setiap tahun Muslim Prancis membelanjakan uangnya sampai 4,5 miliar euro (sekitar Rp 67,5 triliun).

Angka ini jelas sangat menggiurkan para produsen untuk mensuplai barang-barang kebutuhan umat Islam di Prancis. Sebagian belanja itu mengalir untuk produk makanan halal. Yanis Bouarbi (33 tahun) seorang ahli teknologi informasi ikut mendukung geliat ekonomi tersebut dengan membuka situs paris-hallal.com. Situs ini berisi informasi soal tempat-tempat yang menyediakan produk halal di Prancis.

Menurut dia, saat ini sedang terjadi revolusi kecil di masyarakat Prancis. Umat Islam, kata dia, berada di jantung revolusi tersebut. "Dulu waktu nenek moyang kami datang, mereka umumnya masih mengandalkan pekerjaan manual yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya," kata pria keturunan Aljazair itu.

Saat, ungkap dia, situasnya sudah berubah. Muslim yang umumnya imigran di Prancis sudah bisa mendapatkan pekerjaan yang sangat baik dengan penghasilan sangat mencukupi. Hal ini kemudian mendorong gaya hidup Muslim yang menggerakkan perekonomian Prancis. "Kami tidak cuma ingin kebab murah. Kami juga ingin makanan Jepang, Thailand, Prancis, seperti kebanyakan masyarakat di sini," ujar dia seperti dikutip guardian.co.uk edisi 5 April.

Perubahan tersebut, ditambahkannya, menjadikan permintaan produk halal di Prancis setiap tahun naik 15 persen. Kenaikan ini menjadi anomali karena krisis global telah menjadikan banyak sektor ekonomi di Eropa mati suri. Jaringan supermarket besar pun kian melirik produk-produk halal, terutama daging. Saat ini, situs yang dikelolanya sudah mendaftar sekitar 400 restoran halal di Paris dan sekitarnya.

Red: irf
Sumber: guardian.co.uk


latestnews

View Full Version