View Full Version
Ahad, 25 Apr 2010

Inggris Diimbau Tutup Pintu bagi Imigran Muslim

Inggris Diimbau Tutup Pintu bagi Imigran Muslim

LONDON--Partai Nasional Inggris, BNP, yang berhaluan sangat kanan menyerukan diahirinya imigrasi dari negara-negara Muslim karena katanya hal itu bisa menimbulkan ancaman mematikan bagi Inggris. Janji untuk membendung arus imigrasi itu dimuat dalam manifesto pemilu Partai Nasional Inggris yang diluncurkan tadi malam oleh pemimpinnya, Nick Griffin.

Kata Griffin, Inggris sudah penuh dan merupakan negara paling penuh sesak di Eropa, dan sudah saatnya ditutup dan menyuruh para pencari suaka ilegal dan penjahat asing angkat kaki. Manifesto Partai Nasional Inggris menyebutkan, seyogyanya sama sekali tidak ada lagi imigrasi lebih lanjut dari negara Muslim manapun, karena hal itu merupakan salah satu ancaman paling mematikan terhadap kelangsungan hidup Inggris.

BNP belum lama ini mengubah kebijakan keanggotaannya yang hanya untuk kulit putih, setelah pengadilan menyatakan hal itu bertentangan dengan hukum.

Serangan kaum rasis terhadap Muslim dan etnis minoritas di Inggris kian meningkat. Kondisi itu semakin disulut dengan sikap media dan politisi serta pandangan menghakimi atas golongan minoritas, demikian menurut laporan studi terbaru di Eropa.

Muslim, imigran, pencari suaka, para Gipsi dan pengelana, kerap dihadirkan dalam sorotan negatif di media,” ujar laporan Komisi Eropa Menentang Rasisme dan Intoleransi (ECRI), Selasa pekan ini. “Debat politik di Inggris berlanjut dengan memasukan elemen-elemen rasis dan xenopobia dalam diskusi.”

Laporan juga menunjukkan bahwa serangan rasis terhadap etnis minoritas telah meningkat tajam dari 31.000 pada 2003 hingga lebih dari 38 ribu. Lebih dari 13 ribu kasus atau terkait ras berhasil dimeja-hijaukan pada 2007-2008. Jumlah itu jauh lebih banyak dari dua tahun sebelumnya yang memiliki 8.800 kasus. “Lebih banyak upaya diperlukan untuk mencegah kekerasan terulang kembali,” ujar laporan.

“Laporan mengatakan pencari suaka kerap dalam posisi lemah terutama terkait keputusan kejam yang menolak klaim mereka, penahanan tanpa alasan jelas hingga kekerasan di ruang publik. “Di saat yang bersamaan, kebijakan yang diterapkan oleh pihak berwenang sebagai bagian proposal menyolidkan undang-undang imigrasi, secara umum memiliki aturan lebih ketat, dan kekerasan terhadap pekerja migran juga terlihat makin meningkat.”

ECRI menemukan bahwa Muslim menghadapi perlakuan terburuk dalam penerapan kebijakan antiteror di Inggris, termasuk penghentian di tempat-tempat umum dan penggeledahan mendadak. “Aturan antiteror juga terus menimbulkan keprihatinan,” ujar laporan.

Banyak Muslim Inggris, diperkirakan berjumlah 2 juta orang, telah mengeluh atas sikap sewenang-wenang polisi yang menyasar mereka tanpa alasan jelas selain menjadi Muslim. Riset menunjukkan bahwa Muslim merasa terstigma dan terasing oleh kebijakan itu demikian catatan dalam laporan.

Red: Siwi Tri Puji.B


latestnews

View Full Version